Sinyal Rate: 8 dari 10
Genre: Military Movies
Nara Sumber: Gijs Blom, Jamie Flatters, Susan Radder, Ronald Kalter
WWW.SINYALMAGZ.COM – Dalam setahun pada 2020, sineas Belanda memproduksi setidaknya dua film bergenre military movie. Keduanya berlatar tentang Perang Dunia II. Pertama, De Oost yang mengisahkan Raymond Westerling selama menjadi prajurit bertugas di Indonesia. Kedua, The Forgotten Battle (De Slag om de Schelde) yang mengambil kisah perang antara pasukan sekutu dengan tentara Nazi selama pendudukan Jerman di Belanda.
Keduanya berbeda budget. De Oost lebih murah, dengan anggaran 6,6 juta euro. Sedang The Forgotten War berbiaya 14 juta euro, dua kali lebih besar. De oost di Indonesia ditayangkan lewat MolaTV dan pendapatan keseluruhan mencapai 160 ribu dolar.
Sementara The Forgotten Battle memperoleh pendapatan lebih besar, yaitu 5,9 juta dolar. Dengan kata lain keduanya sama-sama tekor.
Produksi film Belanda memang belum semasif Prancis. Tetapi dua film tersebut menunjukkan bahwa Belanda tak bisa diremehkan. Secara kualitas cerota dan visual sudah setara dengan film-film perang versi Hollywood.
Dan beruntunglah ada platform streaming film macam Netflix. Film-film itu bisa terdistribusi secara internasional. The Forgotten Battle tak merecoki negara lain sehingga tak mengudang kontroversi seperti De Oost.
Memfiksikan operasi militer sekutu di Antwerp pasca penyerbuan besar-besaran Normandia. Ketika pasukan Jerman perlahan ditekuk mundur oleh pasukan gabungan sekutu. Antwerp menjadi bagian penting guna membuka jalur akomodasi dan pengiriman peralatan perang khususnya untuk pasukan Kanada, Polandia dan Inggris.
Tahun 1944, kendati Jerman mundur, namun pasukan Wehrmacht mati-matian menjaga di sekitar Scheldt, di mana masih termasuk kawasan Belanda. Penerjunan pasukan payung sekutu rupanya tak seluruhnya sukses. Sekompi pasukan terpaksa terjun jauh dari sasaran akibat pesawat mereka diberondong meriam antiudara Jerman.
The Forgotten Battle membagi dua cerita, ini yang membuat pembeda dengan film-film perang umumnya. Satu sisi tentang perjuangan pasukan sekutu dengan tokoh sentralnya prajurit Inggris William Sinclair (Jamie Flaters) dan di sisi seberang pergolakan antara warga Belanda dengan Wehrmacht di mana menonjolkan dua peran yaitu warga lokal Teuntje Visser (Susan Radder) dan prajurit Marinus van Staveren (Gijs Blom).
Paula van der Oest yang berduet dengan Jesse Maiman menjadi penulis cerota sengaja lebih membuat drama di sisi warga Belanda yang terkekang dengan pasukan Jerman yang bertahan. Mulanya, Dirk Visser (Ronald Katler), adik Teuntje yang bekerja di bawah tanah bersama sejumlah warga melawan Nazi berulah yang membuat beberapa prajurit tewas.
Nazi yang masih berkuasa tentu saja tak tinggal diam. Buntut dari peristiwa itu membuat Teuntje meradang. Sementara prajurit Staveren tak kuasa melihat penderitaan keluarga Visser yang dikhianati komandan Nazi.
Di seberang, Paula dan Jesse lebih memperlihatkan bagimana prajurit Sinclair bersurvival. Bertualang sendiri di daerah musuh, hingga kemudian bergabung dengan pasukan Kanada.
Tak sepanjang 123 menit, The Forgotten Battle menampilkan adegan perang. Malah lebih banyak menyuguhkan intrik dan perjuangan warga Belanda. Bukan kebetulan jika Teuntje yang sakit hati kemudian melakukan “perlawanan”. Caranya dengan memanfaatkan peta dan berupaya mengirimkan ke pasukan sekutu yang salah strategi.
Peta itu kunci perubahan bagi sekutu untuk segera memukul mundur Nazi. Kelak kemudian Nazi harus meninggalkan Belanda setelah kalah lewat pertempuran selama satu bulan itu, berakhir pada 8 November 1944.
The Forgotten Battle tak ingin memperlihatkan Nazi dengan segala kebejatan dan kejahatannya. Bahwa di dalam pasukan Wehrmacht yang dikenal kejam, ada pula sosok prajurit yang punya hati dan menentang segala keputusan biadab komandan.
Jadi, selagi Anda menikmati film ini, tak perlu berkerut. Perang hanyalah sekadar latar. Sementara di dalamnya ada drama kehidupan manusia, yang baik dan jahat. Itu saja. (*)