SINYALMAGZ.com – PT XL Axiata Tbk (XL Axiata) sangat yakin pihaknya berada di kondisi yang aman di antara kondisi bisnis operator telekomunikasi yang semakin tertekan.
Sebelumnya, Asosiasi Penyelenggara Telekomunikasi Seluruh Indonesia (ATSI) memprediksi di akhir tahun 2018 lalu terkait pendapatan industri operator telekomunikasi yang turun 6,4 persen dibanding akhir 2017.
Hal tersebut dikarenakan penurunan pendapatan melalui layanan voice dan SMS serta persaingan tarif di data.
Direktur Utama XL Axiata, Dian Siswarini, mengatakan pihaknya sudah sejak dua tahun lalu mengganti fokus bisnis ke penjualan data karena adanya peralihan pelanggan dari voice dan SMS ke layanan data itu.
“Jadi di 2018 ketika industri turun, kita enggak.”, ujar Dian, Senin (28/1/2019).
Sekedar informasi, pada kuartal III tahun 2018, XL Axiata memperoleh pendapatan sebesar Rp 16,89 triliun. Jumlah tersebut tidak jauh berbeda dengan capaian periode yang sama di tahun sebelumnya, yakni sebesar Rp 16,9 triliun.
Mengutip laporan keuangan perusahaan itu, pendapatan data XL Axiata di kuartal III tahun 2018 sebesar 63,65 persen dari total pendapatan.
“Kalau voice dan SMS turun terus, tidak terlalu berdampak signifikan, karena kontribusinya dari dulu sudah kecil.”, tambah Dian.
Rencana Merger XL Axiata dan Indosat
Sementara itu, rencana merger PT Indosat Tbk (ISAT) dan PT XL Axiata Tbk (XL Axiata) yang sempat menyeruak di pasar modal tampaknya belum akan terealisasi dalam waktu dekat.
Presiden Direktur Indosat, Chris Kanter, mengakui memang sudah ada pembicaraan secara intensif antara Ooredoo sebagai induk Indosat dengan pemegang saham XL Axiata terkait merger dan akuisisi dengan XL sejak tahun lalu.
Namun, rencana tersebut tampaknya belum bisa diwujudkan di tahun ini.
Perusahaan, menurutChris, masih akan fokus memperluas jaringan dengan membangun base transceiver station (BTS) 4G tahun ini untuk menyokong layanan data.
“Tahun ini kami fokus ke network expansion dulu, (Wacana merger dengan XL) itu kan waktu lalu.”, kata Chris Kanter, Selasa (29/1/2019).
Merger tersebut guna mendukung bisnis seluler yang kondusif.