Perkembangan teknologi telekomunikasi nirkabel seluler sangat pesat, makin pesat dan makin pesat, sehingga masa hidup tiap generasinya makin singkat, jauh meninggalkan induknya, teknologi telepon kabel yang tidak beranjak terlalu jauh. Usia telepon seluler baru sekitar 4 dekade, namun sudah berkembang dengan sangat cepat, dan mulai menguasai hajat hidup dan keseharian manusia, sampai ke industri, transportasi dan ruang angkasa.
Telepon kabel dikenal sejak lebih dari 170 tahun lalu, dan dari dulu tidak banyak berkembang kecuali bahwa kini di satu kabel bisa ditumpangkan suara, video dan internet, atau triple play. Telepon kabel dulu selalu berdampingan dengan pos dan telegraf, sehingga namanya pun – masih banyak yang mempertahankannya – sebagai PTT, Pos, Telepon dan Telegraph, seperti nama nenek moyang PT Telkom.
Telepon seluler didahului oleh sistem telekomunikasi kendaraan bergerak, yang menggunakan teknologi seperti handie talkie, yang menggunakan satu kanal dipakai bersama, berbicara dan mendengar. Gelombang radio di sistem komunikasi ini tidak dipecah-pecah, karena tidak menggunakan sistem sel dan orang berbicara harus bergantian, kalau tidak, suara di kedua belah pihak malah tidak terdengar sama sekali.
Telepon seluler mulai digunakan secara komersial sekitar tahun 1979 dengan dua kubu kuat, Amerika Utara dengan sistem AMPS (advance mobile phone system) dan kubu Eropa Utara, nordic, dengan sistem NMT (nordic mobile telephone) yang semuanya masih analog. AMPS dijagoi oleh merek ponsel Motorola, sementara NMT selain Nokia ada Ericsson.
Generasi ini disebut 1G dengan perangkat yang bisa dibawa-bawa, namun kualitas suaranya masih sangat buruk dengan banyak gangguan yang bisa diakibatkan macam-macam. Utamanya akibat faktor geografi, pepohonan, tembok beton, ruang tertutup dan mudah sekali disadap.
Namun semangat telepon seluler adalah, nomor ponsel mengikuti orang, beda dengan telepon kabel, orang mengikuti nomor telepon karena bendanya statis dan digunakan bersama. Seluler sangat pribadi, nomornya milik pribadi dan mengikuti ke mana pun orangnya pergi, sehingga ia bisa menghubungi dan dihubungi ke mana, di mana, dan dari mana saja.
Pertarungan AS-Eropa
Seluler generasi ini, 1G, bertahan 12 tahunan, ketika GSM, global system for mobile communication, muncul di Eropa pada tahun 1982, tetap bertandingan dengan Amerika yang mengeluarkan CDMA (code division multiple access) ciptaan Qualcomm. Keduanya sudah digital, tidak bisa disadap, suaranya jernih, dan disebut sebagai 2G, namun kemampuannya baru untuk bicara (voice) dan SMS.
Generasi 2 (2G) sampai saat ini masih digunakan, dan walaupun banyak negara termasuk Singapura sudah menutup layanan 2G, semua operator Indonesia masih punya puluhan juta pelanggan 2G. Kebutuhan akan spektrum untuk generasi berikut selain 2G boros dalam pemakaian frekuensi membuat operator berupaya meninggalkannya.
GSM teknologi terbuka, siapa saja boleh mengembangkannya, sehingga berbagai manufaktur ponsel pun berlomba membuat turunan-turunan yang kemudian bebas digunakan oleh manufaktur lain. CDMA sebenarnya lebih dulu ada dan diciptakan Qualcomm yang tadinya hanya untuk militer Amerika, tetapi secara teknologi kalah oleh GSM karena tidak dibuat untuk bisa menjelajah (roaming). Kelebihan CDMA, penggunaan spektrumnya lebih hemat dibanding GSM, CDMA mampu menggunakan 16 saluran sementara GSM hanya 8 saluran pada spektrum sama, 800 MHz..
Teknologi CDMA tetap digunakan, bahkan oleh pengembangan GSM yang menyajikan generasi ketiga dan seterusnya dalam bentuk W-CDMA (wide band CDMA). Qualcomm tetap jadi andalan, juga ketika android tercipta yang jenisnya terus dikembangkan dan chip yang eksklusif.
Di generasi ketiga, 3G berstandar UMTS (universal mobile telephone system), GSM melaju terus dan sudah mulai memberi tempat untuk layanan internet pada tahun 1999. Diprakarsai oleh Vodafone dari Inggris dan NTT Docomo dari Jepang, 3G bisa memberi kecepatan data sampai 2 Mbps.
Generasi berkembang dengan peningkatan berupa penyempunaan, menjadi 3,5G dan 3,75G sebelum migrasi ke 4G dengan sebagiannya disebut kemampuan HSDPA (high speed download packet access).
Di depan mata, 6G
Generasi ke 4 (4G) mulai dicoba dikomersialkan pada tahun 2006 dengan standar WiMax (wireless interoperable mobile access) oleh Korea Selatan dan standar LTE (long term evolution) oleh Swedia pada tahun 2009.
4G LTE diuji coba bersamaan waktunya oleh Telkomsel dan XL Axiata di ajang APEC Bali pada Oktober 2013, menggunakan spektrum 1800 MHz. Tahun berikutnya XL menguji coba sekali lagi di beberapa kawasan di Jakarta dan mengklaim bisa mendapat kecepatan sampai 100 Mbps.
Seluler generasi keempat itu dengan menggabungkan, CA – carrier aggregation, dengan teknologi MIMO (multiple input multiple output) 16X16 – 16 antena pemancar dan 16 antena penerima, mampu meraih kecepatan 150 Mbps – 300 Mbps. Itu sudah maksimal, tetapi saat ini dilibas oleh teknologi 5G yang bisa 20 Gbps dengan cara yang sama sekali baru, frekuensi baru, milimeter band baru di spektrum 26 GHz – 35 GHz.
Generasi kelima mengubah cara hidup manusia dan industri yang makin efisien yang keduanya menggunakan robot baik di rumah tangga maupun di industri 4.0. Juga kota cerdas serta transportasi yang makin melepaskan diri dari ketergantungan pada tenaga manusia.
Telkomsel memulai era 5G hari ini setelah sertifikat lulus uji laik operasi (ULO) diserahkan Menkominfo Johnny G Plate Senin (24/5) siang. Belum tahu operator mana lagi yang menyusul, walau Indosat menyatakan sudah ajukan ULO, tetapi belum terdengar pernyataan dari operator yang lain.
Ketika kita masih berdebar-debar menunggu implementasi layanan 5G yang konon akan bertarif mahal, China, lewat Huawei malah sudah memulai generasi keenam, 6G. Juli tahun lalu Huawei bekerja sama dengan China Mobile meluncurkan dua satelit untuk mendukung layanan 6G, yang dalam beberapa tahun ke depan menjadi 10.000 satelit, yang semuanya berfungsi sebagai BTS, karena 6G tidak akan menggunakan BTS teresterial.
Jika 5G menggunakan spektrum yang lebih tinggi dibanding 4G, untuk 6G bukan kelas MHz atau GHz lagi, tetapi Terra Hertz (THz), dengan kecepatan sampai ratusan hingga ribuan Gbps, 100 kali lebih cepat dibanding 5G. Memang masih percobaan, namun siapa tahu lima – enam tahun lagi sudah bisa dikomersilkan, dan 5G, apalagi 4G serta generasi di bawahnya langsung saja obsolete, kuno. (hw)