PENDAPATAN dan laba operator seluler XL Axiata triwulan pertama 2020 melejit dibanding tahun-tahun sebelumnya. Pada laporan keuangan triwulan 1 tahun 2020 operator milik kelompok Axiata itu membukukan pendapatan Rp 6,5 triliun, naik 9 persen dibanding T1 tahun 2019 yang sebesar 5,96 triliun.
Selain karena pengelolaan perusahaan yang yang memang profesional, kenaikan pendapatan dan laba XL Axiata didapat juga dari penjualan 2.782 buah menaranya senilai Rp 4 triliun Februari lalu. Hampir seluruhnya kemudian akan mereka sewa kembali.
Pendapatan sebesar ini ditunjang kenaikan layanan data sebesar 17 persen dan menaikkan porsinya menjadi 91 persen dari seluruh pendapatannya. Laba perusahaan pun naik dari Rp 60,76 miliar di T1 tahun 2019 menjadi Rp 1,543 triliun pada akhir Maret 2020.
Suatu angka yang tidak biasa, karena periode triwulan pertama umumnya merupakan yang terberat pada setiap tahunnya. Ini merupakan buah kerja keras manajemen yang sudah berhasil membangun 133.000 BTS (base transceiver station) yang menjadi infrastruktur utama operator seluler. Sejumlah 43.000 di antaranya adalah BTS 4G, semua tersebar di 449 kota/kabupaten di Indonesia.
Kata Presiden Direktur dan CEO PT XL Axiata, Dian Siswarini, dengan memanfaatkan momen positif tahun 2019 ditambah proposisi produk inovatif serta kualitas jaringan yang kuat, “Kami berhasil mewujudkan kinerja tetap kuat dan berkelanjutan di triwulan 1 tahun 2020”.
Jumlah pelanggan pengguna ponsel pintar pada saat ini mencapai 86 persen (terbesar di industri) dari 55 juta pelanggan, yang mendukung kenaikan pendapatan. Ini karena 91 persen pendapatan datang dari penggunaan layanan data.
Kenaikan pendapatan yang tidak serta merta, sebab dibanding triwulan 4 tahun 2019, kenaikan pendapatan “hanya” 1,3 persen. Dibanding laba tahun 2019 yang sebesar Rp 725,8 miliar, laba yang dicapai XL untuk Triwulan 1 tahun 2020 adalah dua kali lipat, dengan pendapatan periode sama tahun 2019 yang tidak terlalu berbeda, Rp 6,5 triliun dibanding Rp 5,96 triliun.
EBITDA (earn before interest, tax, depreciation and amortitation – pendapatan sebelum bunga, pajak, penyusutan dan penghapusan berkala) naik dengan 40 persen. Hanya saja jumlah pelanggan mereka berkurang akibat churn, perpindahan pelanggan ke operator lain, dari 56 juta menjadi 55,5 juta.
Fokus di bisnis inti
Penurunan jumlah pelanggan tidak menurunkan pendapatan, masing-masing menyumbang pendapatan rata-rata (ARPU – average revenue per user) mencapai Rp 36 ribu per bulan, angka yang cukup tinggi dibanding rata-rata industri. Angka ARPU ini dibanding triwulan 1 tahun 2019 naik dengan 6 persen.
Upaya manajemen memberlakukan produk-produk baru sangat berpengaruh terhadap kinerja perusahaan. Misalnya fitur Xtra Unlimited Turbo, dan Unlimited 1 jam untuk pelanggan prabayar X, selain paket Edu-pack untuk pelanggan Axis, juga PrioHome untik pelanggan pascabayar prioritas, memberi andil yang tidak kecil.
Mengadopsi teknologi IFRS-16 telah menghemat beban infrastruktur yang turun dengan -23 persen, sehingga terjadi penurunan beban usaha dengan 13 persen atau 10 persen secara tahunan. Biaya interkoneksi yang turun 9 persen karena menurunnya trafik interkoneksi dan layanan suara, sementara biaya pemasaran bisa dihemat satu persen dengan digitalisasi pemasaran.
Dian mengakui, saldo kas memang menjadi lebih tinggi karena penjualan 2.782 buah menaranya, yang merupakan 21 persen dari ekuitas perusahaan. Penjualan senilai Rp 4 triliun dimenangkan oleh PT Protelindo (Profesional Telekomunikasi Indonesia) dan PT Centratama Menara Indonesia.
Kedua pembeli adalah perusahaan penyedia menara (tower provider) dan transaksi baru saja terjadi pada 7 Februari lalu, kemudian XL Axiata menyewa kembali 2.763 menaranya dengan kontrak 10 tahun. Sebelum tahun ini, XL Axiata juga menjual ribuan menaranya dan sekarang XL Axiata hanya memiliki 1.600-an menara.
XL Axiata menjual hampir semua menaranya karena ingin lebih fokus pada bisnis intinya di bidang layanan seluler dan mobile internet. Penjualan dan penyewaan kembali menara dinilai strategis karena XL Axiata mendapat harga sewa kembali yang lebih rendah, yang diyakini akan menjamin pengelolaan neraca keuangan lebih kuat termasuk pencapaian keuntungan dalam jangka panjang.
Sejak beberapa tahun terakhir XL Axiata tidak lagi membangun menara, mereka hanya memperluas jaringan serat optik. Sejak awal berdiri pada 1996 lalu, XL Axiata aktif membangun jaringan serat optik, yang awal pembangunannya dimulai di sepanjang sisi jalan kereta api di Jawa, yang kontraknya berakhir tahun ini. (hw)