Kinerja (20{6d4da31955223774f92dce3d293cb7e669764550633ee25cdb7e9d5f0678e9b3}) (Nilai:8)
Dengan segala upgrade yang dibuat. Xperia Z3+ menunjukkan kelas dan layak sebagai penerus generasi Z. Dari deretan smartphone papan atas, ia masuk liga ini. OnePlus One yang sempat jadi kuda hitam dan duduk di peringkat atas di uji AnTuTu, berhasil digeser oleh Z3+. Tetapi harus diakui, Samsung berkat dukungan chipset buatan sendiri, Exynos 7420 masih sulit ditundukkan. Galaxy S6 misalnya masih bisa mencapai angka 60000 ke atas pada uji ini.
Tetapi setidaknya Z3+ masih unggul di atas Galaxy S5 maupun Galaxy Note 4. Bukan tugas Sony sendiri. Qualcomm juga seharusnya sudah mulai memikirkan tandingan Exynos 7420. Jika hanya mengandalkan Snapdragon 810 hasilnya tak segemilang Samsung. Bahkan Snapdragon juga ditinggalkan Samsung.
Bagi Sony, dengan chipset tersebut yang dipasangkan di Z3+ barangkali masih bisa diterima. Lagi pula, memang tak banyak persoalan.
Pekerjaan rumah Sony terbesar sebenarnya adalah menangani masalah overheat yang terjadi ketika memakai beberapa fitur. Yang paling terasa saat mengaktifkan kamera dalam durasi cukup lama. Bodi belakang cepat panas dan menimbulkan off.
Sebenarnya kecepatan komputasi seri ini lebih kecil ketimbang Z3. Boleh jadi pula dengan OS Lollipop tak membutuhkan clock speed yang terlalu tinggi. Bahkan kebutuhan baterai pun bisa rada dikurangi. Ini terbukti dengan pemakaian baterai berkapasitas lebih kecil ketimbang Z3.
Entah di mana persoalannya. Mustinya Sony lebih cepat melakukan revisi. Kecuali daya tahan baterai yang masih cukup jempolan. Sejak seri Z pertama nyaris tidak pernah ada soal dengan daya tahan baterainya. Dibandingkan dengan Galaxy S yang sangat boros tenaga. Apalagi Z3+ ditemani oleh aplikasi Power Saver yang setidaknya membantu mengontrol dan mengelola tenaga, khususnya ketika indikator baterai mulai tipis.