SINYALMAGZ.com – Merek ponsel Andromax dipastikan tidak akan lagi diproduksi pada 2019 mendatang. Hal ini diungkapkan langsung oleh operator seluler Smartfren, sebagai produsen Andromax.
Deputy CEO Smartfren, Djoko Tata Ibrahim, mengatakan bahwa ponsel Andromax akan tutup usia pada pertengahan tahun 2019 mendatang.
“Kami kan sudah 4G LTE, kalau dulu Andromax karena kami CDMA. Sekarang kan sudah banyak merek-merek lain yang bisa pakai Smartfren, jadi nggak perlu lagi (Andromax).”, ujar Djoko.
Djoko juga mengatakan bahwa pangsa pasar Andromax selama ini hanya 10%. Oleh karenanya, Smartfren lebih memilih strategi kerja sama bundling dengan vendor-vendor ponsel kawakan untuk menggenjot akuisisi pelanggan seluler.
“Kami kerahkan ke layanan telekomunikasi terbaik. Kerja sama kami sudah banyak, salah satunya kami ditunjuk sebagai mitra resmi Apple untuk bundling paket seluler dengan iPhone di Indonesia.”, ia menuturkan.
“Kalau untuk Andromax, kira-kira pertengahan tahun depanlah bersihnya (berhenti beroperasi).”, ujar Djoko.
Selain Apple, Smartfren juga menggelar bundling dengan Samsung, Xiaomi, Oppo, dan merek-merek ponsel populer lainnya.
Menurut Djoko, sejauh ini yang paling banyak diminati adalah bundling paket Smartfren dengan lini Samsung Galaxy.
“Setiap hari penjualan bundling Smartfren dengan ponsel-ponsel Samsung hampir 10.000 unit.”, tuturnya.
Meski mematikan merek Andromax, namun Djoko mengatakan bahwa pihaknya akan tetap memproduksi modem.
Dalam waktu dekat, kata dia, Smartfren bakal memperkenalkan Mi-Fi termutakhir dengan teknologi Cat7.
“Kami sedang siapkan untuk teknologi Cat7 pertama. Kalau sekarang kan yang dipakai baru Cat6.”, pungkas Djoko.
Smartfren sendiri berhasil mencetak pertumbuhan pendapatan sepanjang tahun lalu. Meski demikian, perusahaan telekomunikasi ini masih belum mampu keluar dari jerat kerugian.
Mengutip laporan keuangan tahun 2017 yang dirilis Selasa (6/3/2018), emiten berkode saham FREN ini berhasil mencatat pertumbuhan pendapatan sebesar 28,35% year-on-year (YoY) menjadi Rp 4,67 triliun.
Namun, beban umum dan administrasi FREN juga melonjak 26,72% menjadi Rp 6,21 triliun, melebihi jumlah pendapatan yang berhasil diperoleh FREN.
Selain itu, beban penjualan meningkat sebesar 31,56% menjadi Rp 579,76 miliar. Perusahaan juga harus menanggung rugi kurs sebesar Rp 45,93 miliar.