sinyal.co.id
Relasi antara Smartfren dengan beberapa pabrikan ponsel Tiongkok sudah terjalin lama. Sebut saja HiSense dan Haier. Kolaborasi win-win solution. Sebab, Smartfren butuh perangkat untuk menjual jaringan beserta layanannya. Sedangkan pabrikan macam dua nama tadi perlu teman seperjuangan agar bisa masuk ke pasar Indonesia. Berjualan sendiri seperti Oppo atau Vivo malah bukan strategi bagus.
Di tengah maraknya istilah 4G LTE (bahkan konsumen tahunya cuma jaringan cepat), Smartfren lalu mengemas lewat lima produk (R, Q, Qi, Es, Ec) ke pasar. Seri-seri ini seperti berbagi, kendati masing-masing nyaris hadir dengan spesifikasi sama. Seri R diberikan kepada HiSense. Kemudian seri Q diserahkan kepada Haier.
Desain (Nilai: 6,5)
Haier seperti tak mau melakukan gubahan evolusioner pada desain. Tampang depannya standar, tak memiliki ciri khas. Kalau Anda jejerkan dengan Xiaomi Redmi 1s nyaris bak pinang dibelah dua. Kecuali di bagian punggung dan speaker plus kamera depan yang layout-nya berbeda. Sebagai identitas, ditambah dua nama (Haier dan Andromax yang merupakan sub-brand produk Smartfren). Plus emblem “4G LTE” untuk penegasan.
Bodi terbikin dari plastik polikarbonat. Sebuah grill speaker membanjar lebar di punggung bagian bawah. Haier memisahkan antara rongga audio 3,5 mm di atas dan port microSD di bagian bawah. Begitu halnya tombol konvensional kontrol volume (samping kiri) serta power (samping kanan).
Belakangan ini, Smartfren rupanya sudah perlu menggunakan kartu SIM micro. Walaupun slot kartu SIM satu lagi (untuk GSM) tetap mempertahankan jenis mini SIM. Seri ini juga cuma menghadirkan dua opsi kelir (hitam dan putih). Selebihnya tak banyak hal ditonjolkan. Menggenggam Andromax Q bak membawa smartphone bergaya dua atau tiga tahun silam.