Penulis: GARUDA SUGARDO (Anggota Wantiknas)
Hari Senin, tanggal 13 Januari 2020 kemarin, CorComm Telkomsel mengumumkan nama Setyanto Hantoro sebagai Dirut Telkomsel yang baru. Setyanto ditetapkan sebagai CEO pada RUPSLB Telkomsel yang diselenggarakan pada hari Jumat, 10 Januari 2020. Dia adalah Dirut Telkomsel ke-9 sejak berdirinya Telkomsel pada 26 Mei 1995, seperempat abad yang silam.
Setyanto mengisi kekosongan posisi Dirut Telkomsel, setelah pejabat sebelumnya, Emma Sri Martini, diangkat Menteri BUMN menjadi Dirkeu Pertamina pada 22 November 2019 yang lalu.
Emma hanya duduk di posisi CEO Telkomsel sekitar 6 bulan saja. Dia meninggalkan Telkomsel dengan sebuah PR berupa program unggulan, yaitu transformasi Telkomsel dari sebuah telecommunication company (telco) menjadi telecommunication digital company (teldigico).
Telkomsel adalah telco terbesar dan terluas di Indonesia. Sebagai pilot project, ia lahir dari sebuah epik perjuangan di Batam pada tahun 1994. Sebagai operator, pendapatan usahanya kini paling tajir di antara telco tanah air. Bahkan Telkom, sebagai induknya, dari sisi revenue, maaf, “gak da papanya” dibandingkan Telkomsel. 80 persen revenue Telkom Group adalah kontribusi dari Telkomsel.
Kabar tentang promosi Setyanto sejatinya sudah menyeruak sebelum Natal 2019 lalu. Begitu pun isu sekitar Venusiana yang kemudian duduk di posisi Direktur Network. Itulah telekomunikasi, bocoran sinyalnya pun mampu menembus ruang, jarak dan waktu.
Ada yang istimewa tentang Setyanto. Ia adalah alumni STT Telkom angkatan 1991 yang lulus pada tahun 1995. Almarhum Cacuk Sudarijanto, Dirut Telkom 1988-1992, penggagas utama berdirinya STT Telkom, tentu tersenyum di alam baka serenta tahu alumninya kini memimpin Telkomsel yang revenue-nya tahun 2020 ini diprediksi melampaui Rp100 Triliun. Subhanallah….
Kedua, Setyanto memimpin telco seluler di saat teknologi 5G tengah dimulai di Indonesia. Begitu spektrumnya dirilis, tidak ada pilihan Setyanto, dia harus tancap gas dan lari kencang meninggalkan kompetitornya. Venus diyakini memiliki kemampuan enjinering tekno seluler yang berlipat kali dibandingkan pendahulunya. Warrior di Telkomsel pun, integritas dan keandalannya teruji. Tak berlebihan, 2020 adalah tahun pembuktian kehebatan bagi Telkomsel.
Sebagai orang yang berlatar pendidikan teknik industri dan pernah menjabat sebagai VP Business Development di Telkom, Setyanto diharapkan menakodai Telkomsel secara disruptif dan tidak hanya menjalankan program transformasi tetapi juga perubahan dan pembaharuan secara mendasar. Selama tujuannya untuk kejayaan merah putih, tiada halangan akan menjadi rintangan.
Menteri BUMN Erick Thohir yang berpengalaman luas di blantika bisnis global, rasanya pun akan senang dengan gerakan “telco sector reform” di era digital ini. Anak-anak perusahaan BUMN yang jumlahnya bejibun, seyogyanya agar sehat harus dihimpun. Bisnis andalan (core) jangan campur aduk dengan bisnis ikutan.
Reformasi telekomunikasi Indonesia sektor jilid satu, telah berlangsung 30 tahun yang lalu ketika UU Telekomunikasi lahir tahun 1989, disusul gebrakan Cacuk mengubah Perumtel menjadi PT Telkom. Reform kedua terjadi tahun 2000-an, kala cross ownership antara dua BUMN -Telkom dan Indosat- diterapkan lewat proses win-win yang monumental.
Kini, sesuai dinamika industri, saatnya pemerintah memainkan reformasi jilid tiga; yaitu menata dan membangun pilar-pilar baru telco Indonesia yang efisien dan produktif. Ada telco berorientasi pada fixed dan lainnya mobile; gerak konsolidasi yang berbasis pada ekonomi kreatif, internet of things dan transformasi digital. Tentang konsolidasi, bersama Chief Rudiantara, kami dulu amat bergairah mendiskusikannya.
Sebagai agregat penggerak kehidupan masyarakat modern, Telkomsel harus diberi jalan untuk membuka membuka cakrawala wawasan yang jauh ke depan. Suatu hari ia sangat pantas untuk menjadi sebuah perusahaan publik Tbk dan mandiri. Setelahnya, bermimpi “rada gila”, kelak menjadi BUMN. Mengapa tidak? Presiden Jokowi telah memberi contoh, dalam membangun negeri dan kemaslahatan bangsa, kiranya tidak ada yang mustahil.
Ini adalah challenge untuk Kementerian BUMN bersama Kominfo untuk menggandakan deviden dan penerimaan pajak negara. Momentum Industry 4.0 adalah saat yang tepat melakukan aksi konsolidasi industri seluler kita. Telkom yang selalu berpikir reformis ditantang untuk terus berkembang, industri lari kencang, masyarakat senang, dan Indonesia maju gemilang.
Terakhir, kepada Setyanto Hantoro, sekarang kemudi supercar di tangan Anda. Teruskan semangat kejuangan dan tradisi melayani Telkomsel. Zaman telah berubah. Hidupkan ide-ide besar dan langkah reinkarnasi dari envisioner guru Cacuk Sudarijanto.
Selamat menjalankan tugas dan amanah yang baru, sebagai agen perubahan dan e-leader. Bersama sang pandu bendera seluler Telkomsel, selamat dan sukses mengarungi ombak laut transformasi digital. Bismillah.(*)