Sinyal Rate: 7,5 dari 10
Genre: Drama Film
Pemeran: George MacKay, Jannis Niewohner, Jeremy Irons, Ulrich Matthes
WWW.SINYALMAGZ.COM – Kisah aksi Winston Churchill, perdana menteri Inggris di era Perang Dunia II jauh lebih banyak diceritakan lewat film. Tercatat lebih dari 10 film mengenai PM yang kerap dijuluki singa itu. Harap maklum, Churchill memang memimpin Inggris di saat invasi Jerman ke hampir seluruh daratan Eropa, bak pahlawan perang hingga PM sebelumnya, Neville Chamberlain kalah populer.
Padahal justru ketika situasi Eropa tengah memanas khususnya oleh politik luar negeri Jerman, Chamberlain lah di pemadam itu. Drama menjelang Jerman benar-benar menjajah Polandia pada 1 September 1939, dikisahkan oleh novelis Inggris Robert Harris lewat buku berjudul Munich (dirilis 2017).
Tentulah Harris bekerja mngembangkan fiksi di dalam fakta-fakta perjalanan sejarah sejak 1932. Tahun ketika tiga sekawan mahasiswa Oxford University; Hugh Legat (George MacKay), si Jerman Paul von Hartmaan (Jannis Niewohner) dan sahabat perempuan warga Jerman berdarah Yahudi, Lena (Liv Lisa Fries) lulus kuliah.
Pesta perpisahan hanya secuil momentum mengakhiri para lulusan itu memasuki dunia politik. Enam tahun kemudian Legat menjadi sekretaris pribadi PM Chamberlain. Hartmaan didaulat menjadi staf ahli Adolf Hitler.
Situasi Eropa terus memanas. Jerman didukung Italia hendak mencaplok Sudeten, Chekoslovakia. Jika Jerman berhasil bukan tak mungkin akan melakukan invasi lebih jauh. Itulah yang tdak dikehendaki oleh Inggris bersama sekutunya Prancis.
Dari kisah novel oleh screenplay film bertajuk Munich, The Edge of War bernama Ben Power, plot cerita difokuskan pada dua anak muda tadi. Legat yang supersibuk mendampingi Chamberlain (Jeremy Irons) bahkan nyaris memberantakkan rumah tangganya.
Hartmaan yang staf ahli juga dilingkupi persoalan. Khususnya soal pandangan politik anti-invasi dengan sang Fuhrer (Ulrich Matthes). Kisah fiktif antara Legat dan Hartmaan berjalan sendiri-sendiri.
Latar belakang fakta Jerman versus Inggris juga terus menghantui iklim Eropa yang seakan hendak menggelap. Perpaduan antara fiksi Legat-Hartmaan dan fakta Jerman-Inggris dibangun apik oleh sang sutradara, Christian Schwochow. Pengambilan gambar yang tak merepotkan karena mengambil set-set yang tidak memerlukan visual dramatikal maupun heboh-hebohan, membuat kru bisa fokus membuat berbagai detil.
Oh ya, film ini diproduksi pada 2020 dengan mengambil gambar di Inggris, Berlin, Postdam maupun Munich. Suasana Inggris yang aristokrat terasa baik dalam visual maupun dialog. Begitu pula di Jerman yang kaku, tegang dan penuh dengan oligarki.
Dalam mewujudkan visual agar lebih mendetil, Schwochow menghadirkan pula Daladier (PM Prancis) dan Mussolini (PM Italia). Kendati lebih banyak mengikuti protokoler ketimbang berdialog.
Chamberlain dimainkan sangat takjub oleh Irons. Hingga Anda mendapatkan gambaran bahwa ia memang berbeda karakter dengan Churchill yang menggebu-gebu. Chamberlain memilih berdamai, kendati ia sangat benci dengan Hitler.
Inti cerita mengemuka, ketika suatu kali Hartmaan menemukan berlembar-lembar kertas berisi tulisan ambisi sang Fuhrer untuk menginvasi Eropa. Tak disebutkan upaya melawan Inggris, walaupun kelak memang berhadapan dengan negeri bebuyutannya itu.
Dokumen ini lah yang lalu membuat Chamberlain dalam situasi bimbang. Plot film juga menegang lantaran Hartmaan justru menginginkan dokumen ini sampai ke pihak Inggris. Ia merasa Inggris lah yang harus menginisiasi perdamaian. Dokumen tersebut dapat menjadi argumentasi kuat Chamberlain untuk menekan Hitler.
Masalahnya tak gampang mengangsurkan dokumen rahasia dari Jerman ke Inggris. Lika-liku Munich, The Edge of War menjadi menarik. Ditambah lagi, Jerman adalah negeri dengan banyak mata di mana-mana. Jika terbongkar, habislah mereka. Lagi pula kesempatan itu hanya dapat terjadi di satu momentum, yaitu ketika berlangsungnya perjanjian Munich atau akrab disebut Munich Aggrement, 30 September 1938.
Perjanjian Munich seperti yang diharapkan oleh Chamberlain. Kendati dokumen rahasia itu sudah ia ketahui. Faktanya Munich Aggrement ditandatangani oleh keempat pimpinan negara itu, perjanjian perdamaian disepakati.
Fiksi kemudian hanyalah bumbu dari fakta. Kendati seolah-olah memberi pengaruh pada kisah nyata. Jerman, Inggris, Italia, Prancis sepakat menjaga perdamaian sampai 31 Agustus 1939.
Kemudian, pada 1 September 1939, Jerman menyerang Polandia, sebagai babak pertama dari perang dunia II. Munich Aggrement hanya berada di atas kertas setahun saja. (*)