WWW.SINYALMAGZ.COM – Pascakolaborasi yang resmi dilakukan pada Januari 2022, konsolidasi paling penting adalah pengelolaan jaringan milik dua operator, Indosat Ooredoo dan Tri Hutchison Indonesia. Dengan membawa bendera baru bernama Indosat Ooredoo Hutchison (IOH), model optimalisasi aset jaringan yang digunakan adalah teknologi MOCN (Multi Operator Core Network).
Menurut Kamilov Sagala, SH MH, mantan komisioner BRTI, merger operator memngkinkan refarming terjadi. Tujuan dari penataan jaringan ini setidaknya memberi dua keuntungan, yaitu peningkatan kualitas jaringan dari jaringan eksisting khususnya dalam mengakomodasi kebutuhan pelanggan yang oleh Sarwoto Atmosutarno (ketua MASTEL) disebut bandwith hunger. Kedua, mempercepat terjadinya inklusivitas akses telekomunikasi, khususnya di daerah-daerah yang belum terjangkau.
MOCN kini banyak diadopsi di berbagai negara. Ini karena secara biaya dan operasional sangat efektif. Dari berbagai studi menunjukkan, operator di berbagai negara yang telah melakukan network sharing memakai MOCN dapat menghemat capex maupun opex-nya rata-rata sebesar 40%.
Lebih efisien dan efektif
Fungsionalitas MOCN yang memungkinkan operator jaringan menyediakan akses ke jaringan akses radio tunggal oleh operator lain. Setiap operator mengoperasikan jaringan intinya sendiri, termasuk satu atau lebih node independen.
Artinya, dalam satu jaringan dapat digunakan secara bersama. Sebelumnya skema yang terjadi adalah dalam jarak yang berdekatan, masing-masing memiliki jaringan.
Skema MORAN (Multi Operator Radio Access Network) semua yang ada di RAN (antena, menara, situs, daya) dibagi antara dua atau lebih operator. Dengan MOCN, dua atau lebih jaringan inti berbagi RAN yang sama, artinya operator saling berbagi. Jaringan inti yang ada dapat disimpan terpisah. Artinya MOCN lebih mempercepat proses konsolidasi pula.
Di sisi lain, skema berbagi jaringan model seperti ini membuat revenue charing yang selama ini banyak dipersoalkan (terutama oleh operator papan atas) dapat dieliminir. Artinya pendapatan dari satu jaringan yang digunakan oleh dua operator yang telah merger akan masuk ke satu pintu. Selain itu BHP (Biaya Hak Penyelenggaraan) telekomunikasi juga hanya dibayarkan oleh satu operator.
Namun skema MOCN dilakukan bila masing-masing kualitas jaringan dua operator juga baik. Sejauh ini, berdasarkan pengamatan Dr. Ir. Ian Joseph Matheus Edward, Dosen ITB sekaligus Ketua Pusat Studi Kebijakan Industri dan Regulasi Telekomunikasi Indonesia-ITB (PIKERTI-ITB), Indosat Ooredoo dan Tri memiliki prestasi dalam hal penyediaan akses internet yang sangat baik dibandingkan dengan operator lain selain Telkomsel.
Ada tiga pengukuran yaitu kecepatan download, kecepatan upload dan tingat latensi. Capaian Indosat Ooredoo jika dirata-rata berada di posisi kedua setelah Telkomsel. Sementara capaian Tri bila dirata-rata berada di posisi ketiga, tambah Ian Joseph.
Proses integrasi memerlukan waktu. Namun pekerjaan mengintegrasikan jaringan yang dilakukan IOH terhitung cepat. Hingga pertengahan tahun telah mencapai 50% dari total 43 ribu sites jaringan.
Kualitas meningkat
Penerapan teknologi MOCN sebagai bentuk dari berbagi jaringan tidak hanya membuat pelanggan Tri mendapatkan sebaran jaringan yang jauh lebih luas. Bagi pelanggan Indosat juga dapat menikmati unggulnya jaringan Tri yang oleh OpenSignal sangat andal dalam mengakomodir mobile game dan streaming video.
Fakta di lapangan menunjukkan, setelah proses merger, pelanggan Tri dan Indosat di kawasan kota Bandung telah menikmati jaringan dengan kecepatan antara 100 Mbps hingga 150 Mbps. Sebelum keduanya bergabung, rata-rata kecepatan akses internet hanya 2-3 Mbps.
Semakin cepat proses integrasi dimana dengan MOCN setiap sites semakin powerfull, tentu saja akan mempercepat pula peningkatan kualitas jaringan. Kebutuhan akan data yang terus meningkat dapat terjadi karena pengembangan jaringan yang telah terintegrasi.
Keuntungan MOCN yang dilakukan IOH membuat sebaran jaringan mereka juga semakin meluas. Efek perluasan jaringan ini tidak hanya membuat para pelanggannya diuntungkan, tetapi juga membuka penambahan pelanggan baru. Terutama bila lokasi jaringan terletak di daerah baru yang secara ekonomi mengalami pertumbuhan. Bisa pula di kawasan lama yang oleh operator lain kurang dikelola secara optimal.
Sebagai buktinya, di saat operator lain tidak memperoleh pelanggan baru, pada IOH justru sebaliknya. Tercatat sampai kuartal 3 tahun 2022 bertumbuh sebanyak 2,4 juta pelanggan anyar. Fakta ini anomali dengan operator lain yang umumnya lebih banyak menjaga pelanggan lamanya.
Penambahan pelanggan di saat sulit memperlihatkan masih terbuka ceruk pasar, walaupun sudah tidak seluas 10-15 tahun silam. Faktor yang membuat hal tersebut terjadi, menurut Kamilov, di antaranya karena ekspansi ke daerah baru (baik benar-benar baru atau daerah yang selama ini kualitas jaringan operator lain buruk). Juga, karena tawaran tarif terjangkau yang sesuai dengan pengeluaran rata-rata di daerah tersebut.
Jadi harus terjadi sinergi antara integrasi jaringan, perluasan dan skema tarif. Itu pula yang membuat teknologi MOCN diangap sukses di Malaysia, Hong Kong dan beberapa negara lain di Asia. (*)