SINYALMAGZ.com – Suparno (95) atau sering disapa “Mbah Parno” mendapat hadiah rumah pada Hari Amal Bhakti (HAB) Kementerian Agama Ke-73, pada hari Jumat (4/1/2019) lalu. Mbah Parno mendapat hadiah rumah atas pengabdiannya selama 66 tahun di Masjid Istiqlal.
Seperti dilansir dari Kompas.com, Minggu (6/1/2019), selama puluhan tahun Mbah Parno beserta anak dan cucunya menempati bangunan berukuran sekitar 2 x 5 meter tanpa kamar, yang terletak di Gang Mangga, Kemayoran, Jakarta Pusat.
“Rumah ini dulunya sewa, lama-lama sama yang punya tanah dibilang enggak usah bayar.”, ujar Parno.
Rumah itu, kata Mbah Parno, didirikannya sendiri di tanah milik orang.
Pemiliknya memang meminta Mbah Parno untuk membangun bedeng di situ, agar lahannya tidak jadi tempat pembuangan sampah.
Dari rumah mungil inilah sehari-harinya Mbah Parno berangkat untuk bekerja di Istiqlal.
Mbah Parno sendiri lahir di Boyolali, Jawa Tengah. Ketika remaja, Mbah Parno merantau ke Purwakarta sebagai kuli untuk truk pasir.
Hingga sekitar tahun 1952, Mbah Parno dan truk pasirnya menuju ke Jakarta melewati bekas Taman Wilhelmina yang berada tak jauh dari Lapangan Medan Merdeka.
Di hamparan tanah luas itu, Mbah Parno melihat proyek.
“Saya nengok, ‘wah ada proyek nih’, saya turun dan coba ikut. Kata mandornya ‘silakan, ini proyek besar, butuh orang banyak sekali’.”, kenang Mbah Parno.
Mbah Parno pun bergabung sebagai kuli di proyek pembangunan masjid terbesar se-Asia Tenggara kala itu.
Pekerjaannya memang melelahkan, namun ia tak merisaukan tempat tinggal. Sebab, ia bisa tidur di proyek.
Sejak pemancangan tiang pertama oleh Presiden Soekarno pada 24 Agustus 1961, Mbah Parno telah berganti-ganti pekerjaan di Masjid Istiqlal. Mulai dari kuli, pelayan sang arsitek Frederich Silaban, hingga pengantar surat ketika masjid itu jadi.
“Namanya untuk menyambung hidup, apa saja saya lakukan, yang penting kerja.”, kata Mbah Parno.
Mbah Parno lalu menikah tak lama setelah Masjid Istiqlal rampung. Ia kemudian tinggal di Kemayoran dan punya lima anak.
Setiap hari, Mbah Parno jalan kaki dari rumahnya ke Masjid Istiqlal. Jalan kaki itu sudah menjadi kebiasaan Mbah Parno, dan terus dilakukan hingga saat ini.
“Saya enggak wajib datang, absen, sebenarnya. Sekarang cuma boleh datang seminggu sekali.”, kata Mbah Parno.
Dua dari lima anak Mbah Parno, Novi dan Ardi, kini bekerja di Istiqlal meneruskan pengabdian sang bapak.
Sementara itu, Sri Wahyuni, salah satu anak Mbah Parno, bercerita bahwa keluarga tidak ada yang menyangka sang ayah akan mendapat hadiah rumah.
Sri Wahyuni pertama kali tahu ketika adiknya Novi yang juga bekerja di Istiqlal diminta membawa sang ayah ke acara “Ngobras atau Ngobrol Santai bareng Menteri Agama”.
“Dikirimin undangannya, kirain acara biasa, cuma tahu pokoknya bapak wajib datang, diminta sama Menteri Agama.”, ujar Sri Wahyuni.
Di dalam undangan memang tertera acara “Penyerahan bantuan rumah untuk Mbah Suparno pelayan Frederich Silaban Arsitek Masjid Istiqlal”.
Namun, Mbah Parno dan anak-anaknya mengira itu Suparno yang lain.
“Ya pas tahu benar dapat rumah senang banget lah.”, kata Sri Wahyuni.