SINYALMAGZ.com – Ketika terjadi Perang Dunia II, beberapa negara membuat kebijakan kepada rakyatnya, di mana mereka diwajibkan ikut peperangan. Para pemuda sipil ini dijadikan relawan untuk membantu militer terjun di garda terdepan.
Tak hanya Amerika Serikat (AS) yang melakukan kebijakan ini, Jepang juga melakukannya.
Para pemuda sipil dilatih baris berbaris, menggunakan senjata, hingga mengendalikan pesawat terbang yang nantinya akan dijadikan aksi Kamikaze
Namun, setelah Nagasaki dan Hiroshima dibom atom, Jepang pun menyerah. Para tentara yang tersebar di berbagai wilayah pun harus menyerah kepada pihak Sekutu.
Namun berbeda dengan seorang tentara Jepang bernama Shoici Yokoi, yang merupakan seorang tentara berpangkat Kopral dari Angkatan Darat Jepang pada Perang Dunia II.
Dilansir dari BBC, Jumat (25/1/2019), ketika terjadi pertempuran di sekitar Pasifik Barat, Jepang mendapat perlawanan sengit dari tentara AS. Korban pun banyak berjatuhan dari kedua belah pihak.
Namun, begitu komando Jepang mengalami masalah, Yokoi bersama tentara Jepang lainnya ditinggalkan sendiri.
Saat kondisi semakin berbahaya, Yokoi dan tentara Jepang lainnya bersembunyi masuk ke dalam hutan.
Di hutan, mereka terpaksa bertahan hidup dengan menangkap dan membunuh sapi untuk makanan mereka. Bahkan mereka makan kodok, belut, dan tikus untuk bertahan hidup.
Lambat laun, hanya tinggal Yokoi saja yang tersisa dari sejumlah pasukan di Pulau Guam itu. Sementara dua teman terakhirnya yang selamat, meninggal dalam banjir pada tahun 1964.
Ditemukan Setelah Puluhan Tahun
Tanggal 24 Januari 1972, tentara yang berusia 57 tahun itu pun ditemukan sendirian di dalam hutan setelah bertahan hidup selama hampir tiga dekade menunggu kembalinya pasukan Jepang.
Yokai ditemukan oleh seorang pemburu lokal di Pasifik.
Ketika ditolong oleh pemburu, dia merasa ketakutan. Karena menganggap perang masih berlangsung. Namun pemburu itu menyelamatkannya.
Yokoi bercerita, suatu hari nanti temannya akan kembali menemukan mereka di pulau tersebut.
Setelah ditemukan, Yokoi akhirnya dikirim pulang ke Jepang, di mana dia dipuji sebagai pahlawan nasional.
Sampai di Jepang, Yokoi diwawancarai di radio dan televisi. Yokoi juga diundang untuk berbicara di universitas dan di sekolah-sekolah di seluruh Jepang.
Sementara alat bertahan hidup buatannya, juga seragam tipisnya, kini dipajang di Museum Guam di Agana.