SINYALMAGZ.com – Logam yang terbawa di dalam meteor yang memusnahkan keberadaan dinosaurus di Bumi, diklaim dapat menyebuhkan kanker. Logam tersebut bernama Iridium. Kemampuan Iridium menghancurkan sel kanker paru-paru diketahui di laboratorium.
Dilansir dari laman Mirror, Kamis (21/9/2019), logam Iridium merupakan elemen langka di dunia. Logam ini dapat meledak dengan bantuan sinar laser.
Logam yang meledak menghasilkan oksigen beracun, di mana dapat mematikan sel tumor. Namun, oksigen beracun ini tidak berbahaya bagi sel-sel sehat. Pasalnya, eksperimen menunjukkan Iridium dapat menembus inti sel kanker dengan menempel ke albumin protein darah.
Hasil eksperimen tersebut diduga akan menjadi revolusi dunia pengobatan.
Peneliti Fakultas Kimia di Universitas Warwick, Inggris, Profesor Peter Sadler, takjub dengan kemampuan logam tersebut.
Dia mengungkap, temuan ini dapat mengurangi dampak dari kemoterapi.
“Jika teknologi ini dapat diterjemahkan ke klinik, mungkin efektif melawan kanker yang resistan dan mengurangi efek samping kemoterapi.”, kata Sadler.
Sadler mengatakan, logam Iridium dapat digunakan dalam dosis yang lebih kecil.
Setelah mengetahui kandungan logam ini, tim peneliti, kata Sadler, akan melanjutkan uji coba ke hewan pra-klinis.
Kemampuan Iridium menghancurkan sel kanker paru-paru diketahui di laboratorium.
Tim peneliti menggunakan teknik terapi fotodinamik (photodynamic therapy) untuk memaksimalkan kandungan Iridium.
Cara kerjanya adalah, fotosensitiser terkena sinar dengan panjang gelombang tertentu, mereka akan menghasilkan bentuk oksigen yang membunuh sel-sel di dekatnya.
Studi yang diterbitkan dalam Angewandte Chemie International Edition menemukan senyawa berbasis Iridium adalah fotosensitiser yang sangat baik.
Iridium aktif kemudian dapat dihidupkan oleh radiasi sinar laser merah.
Sadler percaya logam mulia lain seperti Iridium, yang aman dengan efek samping minimum, berpotensi melawan resistensi sel kanker.
“Sekarang saatnya untuk mencoba menggunakan Iridium secara medis yang dikirimkan kepada kita oleh asteroid 66 juta tahun yang lalu.”, ucap dia.
Asteroid Yang Musnahkan Dinosaurus Picu Tsunami Global
Asteroid yang menghantam Bumi lebih dari 65 juta tahun lalu, ternyata tidak hanya menyebabkan ledakan dahsyat di permukaan saja.
Berdasarkan penelitian terbaru, asteroid tersebut ternyata juga memicu timbulnya gelombang tsunami setinggi hingga 1 kilometer yang melalui Teluk Meksiko.
Tak heran jika asteroid sepanjang 14 kilometer ini pun mampu mengakhiri zaman dinosaurus dan menyebabkan kepunahan.
“Asteroid yang dikenal dengan nama asteroid Chicxulub ini mengakibatkan tsunami global yang sangat besar, dan belum pernah terjadi di sejarah modern.”, ujar Molly Range, peneliti utama dari University of Michigan.
Range dan rekan-rekannya mempresentasikan penelitian yang belum dipublikasikan tersebut dalam pertemuan tahunan American Geophysical Union pada 14 Desember 2018 lalu di Washington DC, AS.
“Gagasan ini merupakan hal yang baru. Sejauh yang kami tahu, kami adalah yang pertama memodelkan tsunami secara global, mulai dari dampak hingga akhir perambatan gelombang.”, jelas Range.
Gagasan ini bermula ketika pembimbing Range di Departemen Ilmu Bumi dan Lingkungan menyadari adanya kesenjangan mencolok dalam penelitian Chicxulub. Terutama, tidak ada yang menerbitkan simulasi tsunami global yang diakibatkan oleh asteroid.
“Baru saat memulai proyek ini, saya menyadari sekali hal yang sebenarnya dari tsunami. Dan tentu saja itu merupakan kisah penelitian yang menyenangkan untuk dibagikan.”, kata Range.
Menghitung dampak tsunami, para peneliti tahu bahwa asteroid menghantam air dangkal di Teluk Meksiko.
Namun, untuk memodelkan seberapa besar dampaknya, mereka membutuhkan model yang dapat menghitung deformasi kerak Bumi yang membentuk kawah serta gelombang air mulai dari terbentuk serta kembali normal.
Jadi, para peneliti meminta bantuan ke Brandon Johnson, asisten profesor di Brown University, Rhode Island, yang mempelajari dampak kawah.
Johnson menjalankan model yang merinci apa yang terjadi dalam 10 menit setelah dampak tabrakan asteroid.
“Pada titik tersebut, air bergerak kembali ke kawah yang sudah terbentuk. Lalu kembali keluar dan membentuk gelombang runtuh.”, papar Range.
Sementara itu, pada model kedua, tim mempelajari bagaimana tsunami menyebar melalui lautan di seluruh dunia.
Mereka menggunakan data dari model pertama, serta medan kuno samudra untuk menentukan bagaimana tsunami akan terjadi.