sinyal.co.id
Tahun 2015, khususnya pada semester kedua, harus diakui nama Lenovo paling berkibar di antara brand lainnya. Lenovo berlari kencang. Memanfaatkan pasar kelas middle yang memang paling subur di Indonesia. Sejumlah smartphone dari pasukan seri A dikeluarkan. Harganya sangat kompetitif. Membuat pemimpin pasar kala itu, Asus bergetar.
Lenovo memahami kebutuhan pasar dan teknologi yang tengah “in” saat itu. Kendati tidak seheboh saat Asus melesatkan Zenfone 4, 5, dan 6 tetapi dengan cerdik Lenovo melakukan infiltrasi ke toko-toko. Tidak ada kampanye besar-besaran, tetapi jelas terlihat garda depan penjualan ponsel diprioritaskan. Tujuannya tidak lain untuk mengenalkan sekaligus menyediakan produk agar availabilitas-nya tak dipertanyakan konsumen. Dengan kata lain, saat itu tak sulit mencari produk gres Lenovo.
Secara paralel, kemudian masuk produk high-end. Kali ini tidak membawa banyak hal dan menggemborkan teknologi paling mutakhir. Namun cukup dengan mengusung produk dengan kamera high resolution, 16 MP di belakang dan 8 MP di depan. Dikemas pula dengan desain yang unik dan apik. Bercita rasa modern. Itulah seri Vibe Shot.
Seri ini sendiri tidak selaris manis pendahulunya seri A. Tetapi, konsumen di-brain wash dengan produk high-end yang saat itu tengah “hype” soal selfie dan fotografi mobile. Vibe Shot bukan hero product, tetapi disiapkan sebagai flagship. Lenovo sadar, yang harus digenjot justru pasukan seri A yang beragam dan semuanya terjangkau.
Sebaliknya, Asus bak kehilangan orientasi. Selepas merilis generasi high-end, ZenFone 2, kemudian lupa meneruskan produk-produk yang justru pernah menaikkan namanya. Apa itu? Smartphone yang harganya setara dengan tiga pionirnya. Malah, kemudian bermain-main dengan produk baru yang harganya di atas Rp3 jutaan.
Kedua, nama-nama baru smartphone Asus hampir semuanya menggunakan angka “2”. Apa boleh buat, ini membuat konsumen bingung. Bahkan cara serupa juga terus dilakukan hingga akhir tahun. Sekadar tahu, konsumen lebih menyukai nama seri yang berbeda dan spesifik. Sulit bagi konsumen memahami nama-nama mirip yang tidak lain merupakan kode produk yang hanya bisa dipahami oleh pemilik produk.
Sekarang, produk Lenovo sudah cukup lengkap di berbagai segmen, terutama kelas middle. Semuanya memakai nama yang berbeda. Sekarang pula, saatnya untuk menjual habis-habisan dengan cara melakukan promosi persis yang dilakukan oleh Samsung. Bahkan pun punya strategi menjual beberapa seri yang khusus hanya tersedia di toko online.
Andra