Microsoft kembali menggelar Ajang kompetisi pengembangan aplikasi bagi mahasiswa tingkat internasional, Imagine Cup 2015. Kini telah sampai ke babak final tingkat nasional untuk menentukan tiga tim developer terbaik, yang mewakili Indonesia ke babak semifinal internasional. Pemenangnya akan akan bertanding langsung di tingkat final dunia di Seattle, Amerika Serikat padaJuli 2015. Acara peluncuran di Gandaria Mal (26/3), dihadiri Anthonius Henricus (Developer Experience Director, Microsoft Indonesia), Jemy Confido (VP Consumer Marketing & Sales PT Telkom), serta Direktur USAID Andrew Sisson.
Imagine Cup tahun ini mampu menajring lebih banyak perserta, terlihat dari jumlah peserta yang naik dari 816 tahun lalu ke 961 peserta tahun ini. Jumlah universitas yang berpartisipasi juga meningkat, berasal dari 55 universitas di 21 kota. Dari sisi jumlah peserta, angka tersebut menduduki peringkat 5 di dunia.
Ada 3 kategori yang dilombakan, yaitu Games, Innovation, dan World Citizenship. Lomba yang telah berlangsung selama sepuluh tahun ini, didukung Telkom sebagai penyedia tempat dan akses internet berkecepatan hingga 100Mbps. Juara pertama akan mendapatkan dana RP 50 juta, plus smartphone dan tablet. Selain itu, ada USAID yang memberikan tambahan untuk pemenang katergori World Citizenship senilai Rp 100 juta.
Dalam kompetisi World Citizenship, tim ALIX dari UNIKOM Bandung mengenalkan aplikasi Bantu AnakAsuh, tim The Combine dari ITB dengan aplikasi Alis, serta tim Trios UGM dengan aplikasi Desila. Dalam kompetisi Innovation, ada tim Bananas Technology UGM dengan aplikasi Pro Mayor, tim Dodo Project dari UNIKOM Bandung dengan aplikasi Dodo Kids Browser, serta dari Politeknik Elektronika Negeri Surabaya dengan aplikasi Watchman. Di kompetisi Games, ada tim Silverpoint dari BINUS dengan aplikasi TransPathTation, timUpSee Studio dari Universitas Telkom dengan aplikasi Landed On Stage, serta tim Urban Studio dari UniversitasTrunojoyo Madura dengan aplikasi Help Me Up.
Sebagai negara berkembang, peserta dari Indonesia dinilai punya ciri khas dengan
memberikan ide dan solusi untuk masalah lingkungan dan sosial. Sementara peserta dari negara maju, memberikan ide untuk masalah perkotaan yang lebih maju. Menariknya, aplikasi dari para finalis dan pemenang tidak berhenti setelah lomba, tapi akan dihubungkan ke lembaga terkait, misalnya aplikasi tentang kesehatan dan lingkungan. Sementara aplikasi yang berifat bisnis seperti game, akan dibantu promosinya sehingga mendapatkan penghasilan. (Way)