E. Millennial mewaspadai pemborosan
Millennial ternyata cukup waspada akan potensi pengeluaran berlebih yang dapat terjadi jika mereka memiliki kartu kredit.
Mengenai alasan mereka untuk tidak memiliki kartu kredit, alasan yang populer adalah potensi pemborosan (44{6d4da31955223774f92dce3d293cb7e669764550633ee25cdb7e9d5f0678e9b3}), potensi terlilit hutang (28{6d4da31955223774f92dce3d293cb7e669764550633ee25cdb7e9d5f0678e9b3}), tidak disetujui bank (17{6d4da31955223774f92dce3d293cb7e669764550633ee25cdb7e9d5f0678e9b3}), dan bunga yang tinggi (11{6d4da31955223774f92dce3d293cb7e669764550633ee25cdb7e9d5f0678e9b3}).
Sedangkan hal yang paling mereka pertimbangkan sebelum memilih kartu kredit adalah cashback, diskon, dan program cicilan (44{6d4da31955223774f92dce3d293cb7e669764550633ee25cdb7e9d5f0678e9b3}), fitur bebas biaya tahunan (36{6d4da31955223774f92dce3d293cb7e669764550633ee25cdb7e9d5f0678e9b3}), serta suku bunga yang rendah (22{6d4da31955223774f92dce3d293cb7e669764550633ee25cdb7e9d5f0678e9b3}).
F. Millennial Bijak Dalam Memiliki Kartu Kredit
Meskipun setiap penerbit kartu kredit menawarkan berbagai manfaat atau promo menggiurkan, millennial ternyata tidak serta merta langsung memiliki banyak kartu kredit.
Mayoritas millennial pemilik kartu kredit ternyata hanya memiliki satu kartu kredit. Dari 478 responden pemilik kartu kredit, 54{6d4da31955223774f92dce3d293cb7e669764550633ee25cdb7e9d5f0678e9b3} mengaku memiliki 1 kartu kredit, 29{6d4da31955223774f92dce3d293cb7e669764550633ee25cdb7e9d5f0678e9b3} mengaku memiliki 2 kartu, 10{6d4da31955223774f92dce3d293cb7e669764550633ee25cdb7e9d5f0678e9b3} memiliki 3 kartu, dan 6{6d4da31955223774f92dce3d293cb7e669764550633ee25cdb7e9d5f0678e9b3} memiliki 4 kartu atau lebih.
G. Millennial tidak menjadikan kartu kredit sebagai simbol status sosial
Mayoritas millennial (60{6d4da31955223774f92dce3d293cb7e669764550633ee25cdb7e9d5f0678e9b3}) ternyata tidak menganggap kartu kredit sebagai simbol status sosial. Hanya 40{6d4da31955223774f92dce3d293cb7e669764550633ee25cdb7e9d5f0678e9b3} yang menganggap kartu kredit sebagai simbol status sosial mereka.