SINYALMAGZ.com – Jika menilik dari film fiksi ilmiah “Jurassic Park”, mungkin kita akan bertanya, mungkinkah manusia dapat menghidupkan kembali dinosaurus?
Gagasan bahwa reptil-reptil purba itu akan kembali hidup mungkin menyenangkan sekaligus menakutkan. Terlebih jika kita melihat ukurannya yang begitu besar.
Dalam kehidupan nyata, banyak ahli yang juga tertarik pada ide ini.
Sayangnya, beberapa ahli menegaskan bahwa hal itu sangat sulit diwujudkan. Salah satu yang berpendapat adalah Susie Maidment, seorang ahli paleontologi vertebrta di Museum Sejarah Alam London.
Maidment menegaskan, untuk menghidupkan kembali dinosaurus, para ahli harus punya DNA. Namun, DNA ini tidak terdapat di fosil tulang maupun nyamuk yang hidup zaman Jurassic.
“Kami memiliki nyamuk dan lalat yang menggigit sejak zaman dinosaurus, dan mereka benar-benar terawetkan dalam damar.”, ujar Maidment, sebagaimana dikutip dari Live Science, Minggu (3/2/2019).
“Tapi ketika damar mengawetkan benda, ia cenderung hanya melindungi kulit, bukan jaringan lunak. Jadi, Anda tidak mendapatkan darah yang terawetkan di dalam nyamuk di damar itu.”, imbuhnya.
Para peneliti sebenarnya telah menemukan pembuluh darah dan kolagen dalam fosil dinosaurus. Sayangnya, komponen ini tidak memiliki DNA dinosaurus yang sebenarnya.
Berbeda dengan kolagen atau protein lain, DNA sangat rapuh dan sensitif terhadap sinar Matahari serta air.
Sebagai informasi, DNA tertua yang diketahui saat ini berusia 1 juta tahun. Sementara dinosaurus punah sekitar 66 juta tahun lalu.
“Walaupun kami memiliki darah yang tampaknya berasal dari nyamuk 50 juta tahun lalu, kami belum menemukan DNA. Untuk merekonstruksi sesuatu, kami membutuhkan DNA.”, tegas Maidment.
Di sisi lain. pendapat berbeda diungkapkan oleh Jaman Nasir, ahli genetika di University of Northampton di Inggris.
Menurut Nasir, ada satu hal yang tidak boleh dikesampingkan dalam menghidupkan kembali dinosaurus, yaitu evolusi.
Nasir mengungkapkan bahwa evolusi bukanlah sesuatu yang tetap dan bisa direncanakan.
“Evolusi sebagian besar bersifat stocastic (bersifat acak), dan evolusi tidak selalu harus bergerak maju, ia bisa memiliki banyak arah.”, tutur Nasir.
“Saya berpendapat bahwa kembali ke dinosaurus lebih mungkin terjadi akibat evolusi berbalik, karena blok bangunan sudah ada di sana.”, sambungnya.
Meski demikian, dinosaurus tidak bisa berjaya kembali begitu saja. Nasir menegaskan bahwa kondisi harus tepat jika dinosaurus muncul kembali.
“Jelas, orang dapat membayangkan pandemi virus yang dapat mengganggu genom kita, fisiologi dan perilaku kita di luar kendali.” ujar Nasir.
Pandemi inilah yang mungkin pada gilirannya dapat menciptakan kondisi tepat bagi evolusi untuk menghidupkan kembali reptil purba tersebut.