SOAL iPHONE X
Tantangan mengerjakan iPhone X bukan perkara gampang. Apa lagi sudah banyak vendor mendahului dengan konsep layar bezeless dan menggunakan kamera ganda. Ive mengaku, “Niat kami merancang iPhone dengan layar lebar sebenarnya sudah sejak 10 tahun lalu.”
Artinya di saat ia membuat iPhone pertama, sudah tergambar bakal melahirkan iPhone dengan layar sentuh yang rasio layar terhadap penampang depan semakin kecil.
Hanya faktor beberapa modul yang ditanam di depan membuat tak sepenuhnya seluruh penampang berisi layar. Xiaomi merancang Mi Mix 2 tetapi layarnya hanya bisa memenuhi 80 persen penampang depan. Sisanya masih terpakai untuk menempatkan tombol virtual. Sementara iPhone X berhasil memenuhi nyaris 83 persen. Alias lebih baik dibanding Mi Mix 2. Kedua smartphone ini punya ketebalan sama, 7,7 mm. Tetapi iPhone X lebih ringan.
Secara teknis iPhone X juga menunjukkan evolusi teknologi. Sebut saja tambahan Face ID yang menggunakan teknologi infrared dengan 30 ribu dots untuk menangkap titik-titik di wajah pengguna. Penggunaan iOS 11 semakin sukses meniadakan tombol-tombol seperti Home button misalnya. Tak heran jika iPhone X minus tombol Home.
Terobosan lainnya adalah teknologi kamera depan dengan TrueDepth. Teknologi ini memungkinkan membuat emoji bergaya seperti pengguna. Kemudian animoji yang akan membuat pesan Anda terasa lebih emosional.
Untuk sementara, tugas Ive sebagai Chief Design Officer selesai, sekaligus menuntaskan kelanjutan perjalanan iPhone di era 10 tahun. Masih banyak tantangan bagi pria yang nyaris saban tahun meraih penghargaan sejak 1999. Ia juga memiliki sebanyak 730 paten. Selain Sir tadi, bapak dua putra kembar ini juga mendapat gelar doctor science dari Universtas Cambridge dan Oxford.
Apple tanpa Cook mungkin tak akan banyak masalah. Toh, perjalanan Apple pernah gonta-ganti beberapa kali CEO. Tetapi zonder Ive, bisa jadi masalah besar. Sebab, kuncian desain Apple yang dibuat dengan rasa itu ada di hati Ive. (*)