Jonathan Ive, The Man Behind The iPhone

Ia bukan hanya bikin mendiang Jobs terpincut. Tetapi juga orang terlama yang ada di tubuh Apple.

SINYAL.co.id– Ada beberapa nama yang membuat mendiang Steve Jobs naksir berat. Tetapi dari sekian nama yang paling betah dan masih aktif –bahkan kian produktif- hanya Jonathan Paul Ive. Pria kelahiran 50 tahun silam, yang ternyata warga Inggris. Jony Ive, begitu ia akrab disapa, kini bahkan telah menyandang gelar bangsawan, “Sir” begitu embel-embel di depan namanya.

Ive, sosok penuh inspirasi dari hampir seluruh produk Apple sejak iMac. Hadir di Apple Inc. ketika Steve Jobs diminta kembali mengawaki perusahaan itu tahun 1997. Tantangannya terakhir apa lagi kalau bukan merancang iPhone X yang secara teknis tak mudah, di samping itu ia harus menciptakan produk yang bisa menjadi simbol usia iPhone ke 10.

Ciri karya produk pria kelahiran 27 Februari 1967 ini sangat kental dengan unsur simple tetapi memiliki karakter kuat. Dan kekhasan itu sangat terlihat saat menggarap iPod, kemudian berlanjut ke iPhone. Dua produk yang rancang bangunnya sangat inspirasional. Soal desain yang khas itu, ia pernah berujar. “Kesederhanaan sejati lebih banyak memiliki makna dari pada terlalu banyak ornamen,” ujarnya.

Sebagaimana layaknya desainer, inpirasi itu kerap datang dari orang yang ia segani. Bagi Ive, Dieter Rams lah pemberi imajinasi. Rams adalah desainer industri terkenal asal Jerman. Kalau Anda tahu produk Braun yang berkelas dan punya citra elegan itulah buah karyanya. Selain itu, pria jebolan Politeknik Newcastle ini juga amat dipengaruhi oleh produk-produk yang pernah dihasilkan oleh Bauhaus Jerman.

Lulus kuliah politeknik, Ive layaknya pekerja kreatif umumnya. Bergabung dengan agensi desain di London, Robert Weaver. Ia banyak belajar di sana. Bahkan sebelumnya pernah pula berpameran di museum desain London. Sebentar di Weaver, ia hengkang ke start up biro desain bernama Tangerine.

Tangerine sendiri adalah salah satu agen yang dikenal sebagai pemasok desain bagi Apple Inc. Di masa awal, tugas Ive lebih merancang produk macam microwave, mesin bor, hingga sikat gigi. Inilah yang membuat ia jenuh. Bahkan suatu kali, beberapa desain buatannya ditolak oleh salah satu klien besar, Ideal Standard. Gara-garanya, selain terlalu modern, pun biaya pembuatannya mahal.

Selain gelar Sir, Jony Ive juga punya gelar doktor.

HUBUNGAN BARU

Hubungan Ive mungkin tak manis dengan Ideal Standard. Ketika ia ditantang untuk membuat desain PowerBook, semangatnya menyala kembali. Bak gayung bersambut, Apple menyukai. Bahkan, selanjutnya Jobs menawari untuk kerja penuh yang artinya ia pun harus hijrah dari London ke California.

Kembalinya Jobs setelah mundur sekian lama, membuat Apple bergairah. Jobs yang sudah tak sabra melahirkan produk-produk baru, memompa semangat beberapa orang kepercayaannya. Termasuk salah satunya Ive.

Malah Ive memberi banyak pengaruh pada desain maupun performa tim Apple yang sempat naik turun. Sebegitu kuatnya, sampai Jobs bilang, “Dia memiliki kekuatan operasional lebih tinggi daripada orang lain di Apple kecuali saya.”

Ive tak perlu mengantungi gelar tinggi untuk bisa masuk jajaran petinggi Apple. Kekhasan desainnya yang pas dan sehati dengan Jobs menaikkan derajatnya di perusahaan yang tahun lalu meraup pendapatan bersih mencapai 45,6 miliar dolar itu.

Bukti bahwa pria botak ini memberi warna bagi Apple bisa dilihat dari pencapaian perusahaan. Sebelum ia masuk, Apple selama enam tahun nyaris hancur. Pendapatannya turun dan harus melakukan restrukturisasi. Tahun 1997, perusahaan ini kembali berkibar hingga 10 tahun ke depan. Di kurun itu, pada 23 Oktober 2001, datanglah audio player bernama iPod. Buah desain Jony Ive. Kontribusi iPod sangat besar bagi kocek Apple. Bayangkan, hanya dalam enam tahun terjual 100 juta unit di seluruh dunia.

Tahun 2007 sejarah baru dimulai, tepatnya pada 9 Januari. Apple masuk ke babak baru di bisnis smartphone. iPhone hadir dan itu lahir dari tangan Ive. Pada penjualan perdana, dalam tempo 30 jam, sebanyak 270 ribu unit iPhone pertama ludes.

Hubungan Jobs dengan Ive bak pinang dibelah dua. Mereka nyaris tak pernah terlibat perseteruan. Boleh dibilang, sohib terdekat yang pernah bekerjasama dengan Jobs selain Steve Wozniak adalah Ive. Kendati beda usia 12 tahun, namun keduanya akrab. Kendati tak jarang Jobs melontarkan kritikan pedas ke arahnya.

Pernah suatu kali Ive nekat bertanya ke Job. “Mengapa Anda selalu mengkritik secara pedas sebuah karya,” tanyanya.

Apa jawab Jobs yang diingat Ive?

“Kita telah mengerjakan sesuatu dan kita menaruh hati dan jiwa kita di sini.”

Memori sebelum Jobs tiada

Ungkapan itu benar-benar menohok Ive. Dari situlah ia paham sosok Jobs yang bagi banyak orang terlihat sangat temperamental. Produk-produk Apple dibuat tidak hanya sekadar ekspresi dari kepintaran otak. Melainkan juga menyertakan faktor rasa. Ada emosi di dalamnya.

Pemahaman itu lalu ia tancapkan setiap kali merancang produk baru. Sadar bahwa desain sangat penting dan bersifat rahasia, ia pun meminta kantor khusus desain yang tak bisa sembarang orang masuk. Bahkan Ive pun tak membolehkan anak atau istrinya memasuki ruangan tersebut. Sebab, di dalam tak hanya ada konsep dan prototip produk, melainkan juga “kunci karakter” desain Apple. Ia bekerja dengan tak lebih dari 15 orang. Mereka umumnya orang-orang yang sangat loyal dan bekerja lebih dari 20 tahun di Apple.

We will be happy to hear your thoughts

Leave a reply

Sinyal Magazine
Login/Register access is temporary disabled