SINYAL.co.id-Perkembangan smartphone yang pesat ditangkap oleh beberapa vendor smartphone sebagai peluang bisnis yang cukup baik. Bahkan beberapa riset yang dilakukan produsen smartphone global menyebutkan bahwa konsumsi smartphone di Indonesia cukup tinggi.
Hal ini menjadi salah satu alasan beberapa vendor melakukan investasi dengan merakit produknya di dalam negeri. Ada yang menjalin kerja sama dengan pabrik lokal, namun ada juga yang berinvestasi membangun pabrik sendiri.
Alih-alih bekerja sama dengan pabrik lokal, seperti yang dilakukan beberapa vendor global. Vivo memilih untuk membangun pabriknya sendiri. Berlokasi di Cikupa, Tangerang, pabrik Vivo sudah mulai beroperasi semenjak Mei 2016.
Hal ini diamini oleh Peter Wang selaku Brand Director PT.Vivo Mobile Indonesia yang SINYAL Magz temui dalam acara Bandung Perfect Trip.
Peter mengatakan dengan membangun pabrik di Indonesia kami bisa membantu pemerintah dengan memenuhi nilai TKDN yang diminta, ini juga membuat brand Vivo lebih dekat dengan konsumen kami.
Ketika disinggung berapa besar sih nilai investasi Vivo untuk membangun pabrik di Indonesia, Peter Wang enggan menyebutkan nilainya. Namun beliau memastikan bahwa berapa pun investasi yang Vivo keluarkan, seutuhnya untuk memenuhi permintaan pasar di Indonesia.
Ia menuturkan bahwa Vivo sedang membangun pabrik kedua dan pabrik ketiga, lokasinya juga sama di Cikupa, Tangerang, mengingat lahan yang mereka miliki masih cukup luas untuk di-expand. Investasi yang tak kalah penting adalah saat ini Vivo sedang menyiapkan tim Research and Development Center.
Untuk memenuhi nilai TKDN, Vivo juga bekerja sama dengan vendor-vendor lokal yang memroduksi part sampai aksesoris penunjang untuk dirakit di Cikupa. Namun tidak hanya hardware, Vivo juga sudah menjalin kerja sama untuk membangun software dengan beberapa perusahaan di Indonesia.
Dengan begini, Vivo sudah memenuhi nilai TKDN yang diminta pemerintah yakni 30{6d4da31955223774f92dce3d293cb7e669764550633ee25cdb7e9d5f0678e9b3}. Karena saat ini Vivo sudah berhasil menyentuh nilai 32{6d4da31955223774f92dce3d293cb7e669764550633ee25cdb7e9d5f0678e9b3}.
“Kami menargetkan nilai TKDN yang mereka penuhi menjadi 40{6d4da31955223774f92dce3d293cb7e669764550633ee25cdb7e9d5f0678e9b3} hingga akhir tahun ini. Tanpa diminta pemerintah kami akan memenuhi nilai TKDN hingga 40{6d4da31955223774f92dce3d293cb7e669764550633ee25cdb7e9d5f0678e9b3}. Saat ini, pabrik Kami dapat menghasilkan 500.00 produk tiap bulannya, dengan pabrik kedua dan ketiga kami menargetkan 1 juta produk tiap bulannya,” tegas Peter.
Indonesia bukanlah pasar, melainkan masa depan. Melihat tren dan angka penjualan adalah salah satu cara paling mudah. Vivo yang tergolong baru dalam segmen ini, mendapati perolehan angka penjualan yang diluar ekspektasi mereka. Karena hanya dalam kurun waktu enam bulan,volume penjualan Vivo V5 bisa meningkat hingga 3 kali lipat.
Ini tentu hal yang tidak diduga-duga oleh mereka, terlebih lagi reaksi masyarakat sudah tentu sangat positif. Hal ini tak luput oleh kehadiran pabrik yang berada di Indonesia, sehingga Vivo bisa menjawab tren ini dengan sigap.
Karena melihat tren selfie masih sangat menjanjikan, Vivo kembali berencana untuk meluncurkan tambahan pada seri Perfect Selfie. Menurutnya, angka pengguna selfie di Indonesia tiga kali lebih tinggi dibanding di Tiongkok. (*)