SINYALMAGZ.com – Tak bisa dipungkiri, akses internet dengan koneksi super cepat pasti jadi dambaan semua orang. Tapi tahukah kamu, di balik kecepatan super tersebut, ternyata tersimpan bahaya yang cukup meresahkan.
Baru-baru ini sebuah studi yang dilakukan oleh peneliti di Bocconi University mengatakan bahwa akses internet super cepat dapat mengurangi durasi.
Dan bagi para pekerja yang bekerja di pagi hari atau juga anggota keluarga, akses internet ini juga bisa mengurangi tingkat kepuasan tidur.
“Individu dengan akses internet cepat cenderung kurang tidur 25 menit dibandingkan mereka yang tidak mendapat internet cepat.”, ujar seorang peneliti, Franceco Billari, sebagaimana dikutip dari laman Deccan Chronicle, Jumat (19/10/2018).
Menurut Billari, para pengguna internet super cepat umumnya tidur kurang dari 7 hingga 9 jam per hari, atau di bawah rekomendasi para peneliti.
“Tingkat kepuasan tidur mereka juga sangat kurang.”, ujar Billari menambahkan.
Dampak dari internet super cepat ini diteliti dari kebiasaan individu yang mengakses internet di pagi hari dan penggunaan gadget di malam hari.
Sayangnya, penelitian tersebut tidak meneliti efek penggunaan internet super cepat jika dilakukan sepanjang hari.
“Godaan digital dapat menyebabkan keterlambatan waktu tidur, yang akhirnya menurunkan durasi tidur bagi orang-orang yang tidak mampu mengganti waktu tidur, karena harus bangun di pagi hari.”, tutur Billari.
Tingkat godaan seorang individu mengakses internet sendiri cenderung bervariasi, sesuai dengan usia.
Para remaja dan orang dewasa di rentang usia 13-30 tahun, menunjukan hubungan yang signifikan antara kurang tidur dan waktu yang dihabiskan untuk bermain komputer atau menonton TV dan video di malam hari.
Sementara untuk orang dewasa di usia 31 hingga 59 tahun, kecenderungan terlihat pada penggunaan PC dan ponsel cerdas.
Sementara itu, sekitar 33% dari orang tua merasa khawatir terhadap kecanduan internet yang dialami oleh generasi muda saat ini. Kekhawatiran ini terlihat dari hasil riset yang dilakukan oleh Kaspersky Lab dan B2B International.
Dari hasil riset juga tercatat, satu dari 10% atau 12% anak di bawah umur 18 tahun telah mengalami kecanduan internet.
Sementara, ketidakmampuan anak untuk memperlebar jarak mereka dengan dunia online menjadi kekhawatiran utama orang tua.