sinyal.co.id
Cerita hubungan Foxconn dengan Apple ternyata tak hanya sekadar urusan bisnis belaka. Ikatan keduanya sudah seperti pertalian darah. Tidak banyak perusahaan yang bisa memenuhi tuntutan mengaplikasikan desain produk-produk Apple. Banyak kualifikasi dan persyaratan yang nyaris membuat Terry Gou (founder Foxconn) pusing tujuh keliling.
Upaya “menangkap” si kakap alias perusahaan bernama Apple Corp. itu, apalagi masih ada mendiang Steve Jobs, bukan persoalan sekadar menawarkan pembuatan atau manufaktur. Melainkan memahami sosok desainer legendaris Apple, Jony Ive.
Terry sangat terperangah ketika di tahun 2007 bersua Ive yang memaparkan konsep desain, lengkap beserta “soul” Apple yang melengkapi rancang dasar seluruh produknya. Butuh waktu panjang bagi Ive menceritakan seluruh rencananya.
Pria bernama asli Gou Tai-ming ini bahkan nyaris tak mau meneruskan pembicaraan itu lantaran mengangap bahwa tuntutan Apple sungguh sebuah proyek gila. Untung Ive termasuk manusia sabar. Perlahan dan jelas ia ceritakan agar tak ada sedikit pun rencana yang meleset.
Terry paham benar kerjasama dengan Apple harus disergap agar porfolio mereka semakin panjang. Dan ingat, yang akan dibuat adalah iPhone, produk berkualitas tinggi, penuh selera kelas atas, simbol dari desain terbaik sebuah smartphone.
Pria 66 tahun itu bisa mengerti permintaan Ive. Jika berhasil maka, kualifikasi Foxconn sebagai pabrikasi tentulah kian terangkat dan sohor. Gayung bersambut, pertemuan itu dipuncaki dengan salaman antara ia dengan Ive. Itulah awal mula bagaimana Apple akhirnya menyerahkan manufakturisasi ke Foxconn.
“Dan Foxconn kemudian melanjutkan serta mendapatkan lebih banyak dan lebih banyak lagi produk Apple. Ini seperti wahyu yang datang menghampiri. Banyak orang berpikir Apple pergi ke Tiongkok karena biaya tenaga kerja murah. Tetapi justru saya mendapatkan pasangan yang memiliki komitmen tinggi,” ujar Jony Ive suatu kali.
Kini Foxconn telah menjadi pabrikan kontraktor elektronik terbesar di dunia dan menjadi perusahaan teknologi informasi terbesar ketiga di dunia dalam hal pendapatan.
Perusahaan yang bermarkas di Tucheng District, New Taipei, Taiwan tersebut masuk dalam 32 perusahaan teratas pada Forbes 500, dengan keuntungan menembus 148 miliar dolar. Jumlah karyawannya mencapai sekitar 1,5 juta orang serta memiliki hak paten lebih dari 54 ribu di seluruh dunia.
Pabriknya tersebar di sembilan negara. Lebih dari 18 perusahaan global jadi partner. Yang terbaru, Foxconn dipilih oleh operator papan atas Korea Selatan, SK Telecom untuk mempabrikasi produk smartphone kelas mid-end dengan nama Luna Smartphone.
Permintaan SK Telecom musti bermutu setara iPhone, namun bisa menghasilkan harga jual yang cukup terjangkau. Ketika dirilis di Korea Selatan, Luna dalam sekejap dapat atensi tinggi dari konsumen lokal. Dalam kurun tiga minggu sukses direbut oleh lebih dari 36 ribu pembeli. Secara otomatis menempatkan sebagai market leader di kelas menengah.
Tak hanya smartphone dicetak Foxconn. Cakupan produknya sebagai manufaktur telah mencapai teknologi Internet of Things yang memproduksi perangkat PC, display, TV, printer, server, switches, set-top-box, gaming, base station, electronic vehicle, dan robot.
Mereka menyebutnya sebagai penyedia solusi total berteknologi tinggi terbesar di dunia dan menjadi partner pilihan untuk semua aspek layanan pabrikan kontrak di sektor 3C (Computer, Communication, and Consumer Electronics).
Andra