HARI Jumat ternyata bukan hanya hari keramat bagi tersangka KPK yang cenderung langsung ditahan setelah diperiksa. Jumat ternyata juga berarti satu ledakan kejutan di Indosat Ooredo akibat mundurnya CEO (chief excecutive officer) Chris Kanter yang baru menduduki jabatan itu selama sekitar enam bulan.
Isunya santer sejak menjelang Jumatan, namun tak ada seorang pun di operator milik Qatar itu yang buka suara menjelaskan situasinya. Padahal sehari sebelumnya, Kamis (2/5) siang, Indosat baru menggelar Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) yang hasilnya antara lain menyetujui dan mengesahkan laporan keuangan perusahaan yang berakhir pada 31 Desember 2018. Juga persetujuan RUPS untuk perubahan susunan dewan komisaris dan dewan direksi, selain setuju mengubah anggaran dasar perusahaan.
Dalam jumpa pers usia RUPS, Chris mengungkapkan bahwa manajemen berhasil mencapai pertumbuhan positif pada kuartal 4 tahun 2018 dan kuartal 1 tahun 2019. Indosat terpuruk selama tahun 2018 dengan mencatat kerugian Rp 2,4 triliun, padahal tahun 2017 Indosat mencatat laba Rp 1,1 triliun. Namun ia belum bisa mengungkapkan angka pertumbuhan positif tadi dan berjanji akan dibuka pada pekan pertama Ramadhan.
Jumat petang keluar surat resmi dari Presiden Komisaris Indosat, Waleed Mohamed Al Sayed, yang membenarkan isu tadi. Chris dikatakan, sebelumnya telah melepas jabatannya sebagai komisaris dan bersedia menjadi CEO sepanjang masa transisi (akibat mundurnya CEO lama Joy Wahyudi pada September 20180).
Waleed menyebutkan pengganti Chris adalah Ahmad Abdulaziz Al Neama, salah seorang komisaris Indosat yang sudah 15 tahun bekerja di kelompok Ooredoo. Neama pernah jadi CTO (chief technology officer) selain direktur di Ooredoo Myanmar.
Penggantian berlaku sejak Kamis 2 Mei, atau sekejap sejak konferensi pers berakhir usai RUPS yang menjelang pukul 17.00 WIB. Dan, Chris dinyatakan kembali ke jabatannya semula sebagai komisaris yang sudah disandangnya sejak beberapa tahun sebelumnya.
Ke depan, Indosat harus menggelar RUPS luar biasa untuk mengganti Chris sebagai presiden direktur, dan itu kalau tidak salah menurut peraturan bursa efek, baru bisa dilaksanakan sebulan sejak RUPS terakhir. Sementara penggantian CEO tidak perlu RUPS.
Perubahan anggaran dasar perusahaan juga ditengarai sebagai upaya legal memasukkan orang asing menjadi pucuk pimpinan, presiden direktur, di Indosat. Selama ini anggaran dasar menyebutkan jabatan itu harus dipegang warga negara Indonesia.
Pergantian mendadak ini belum sempat mengguncang pasar, karena bursa sudah tutup ketika pengumuman keluar. Namun boleh jadi saham Isat akan anjlok lagi dari pekan lalu sekitar Rp 2.400, dari awal-awal Rp 7.800.
Pada satu diskusi wartawan Kamis siang, seorang pengamat menyatakan bahwa ekuitas Indosat saat ini tinggal sekitar Rp 12 triliun. Bandingkan dengan ekuitas Telkomsel yang Rp 102 triliun.
Dengan kinerja yang memburuk, ekuitas Indosat tergerus tiap tahun dengan Rp 2,6 triliun. Penurunan kinerja dan harga yang terus menerus, mengancam terjadinya penghentian (suspend) transaksi saham PT Indosat Ooredoo. ***