WWW.SINYALMAGZ.COM – Baterai boleh jadi merupakan komponen paling vital dibandingkan dengan part lain dari sebuah mobil listrik. Selain memerlukan kemampun pabrikasi yang mumpuni, pembuatan baterai juga jadi industri strategis yang dapat memasok ke seluruh manufaktur mobil dan motor listrik yang terus menjamur.
Tahu bahwa baterai memiliki permintaan yang tinggi, China mengawali sekaligus memonopoli produksi baterai kendaraan listrik (electric vehical / EV). Sebanyak 56 persen market share kebutuhan baterai di seluruh dunia dikuasai oleh enam pabrik China.
Yang terbanyak diproduksi oleh CATL (Contemporary Amperex Technology Co., Limited) yang bermarkas di Ningde, Fujian. Perusahaan yang dikenal sebagai pemimpin pasar baterai lithium ion ini menguasai 34 persen market share. Sejumlah pabrikan mobil listrik yang menjadi rekanan CATL antara lain Tesla, Peugeot, Hyundai, Honda, BMW, Toyota, Volkswagen dan Volvo.
Seru juga jika Hyundai memilih CATL. Padahal pabrikan baterai senegaranya adalah ranking dua terbesar di dunia, yaitu LG Energy Solutions. Anak perusahaan LG ini meraih 14 persen market share di bawah CATL. LG Energy Solutions memasok baterai untuk Chevy Volt, Bolt EV dan Chrysler Pacifica.
Selanjutnya ada BYD China yang merupakan pabrikan mobil dan bermarkas di Shenzhen, Guangdong. Namun sebenarnya BYD adalah perusahaan dengan bisnis utama pembuatan baterai. Produk baterai mobile listrik BYD menguasai 12 persen.
Di urutan ke empat barulah perusahaan Jepang, Panasonic. Raksasa produk elektronik Jepang ini sudah lama dikenal sebagai produsen baterai di berbagai segmen. Bahkan produk baterai mass market dijual di Indonesia bersanding dengan Eveready, ABC dan lainnya. Panasonic menguasai 10 persen.
Sementara perusahaan Korea lainnya menyusul di urutan ke lima dengan marker share 7 persen. Adalah SK On yang juga produsen kugiran baterai. SK On dikabarkan tengah mengembangkan jenis baterai lithium iron phospate (LFP) dan akan diproduksi 2025.
Selanjutnya Samsung punya anak perusahaan Samsung SDI. Ini adalah unit usaha solusi energi dan material elektronik yang berpusat di Yongin, Gyeonggido. Hanya 5 persen, namun mengungguli empat perusahaan China lainnya. Di antaranya CALB (4 persen), Guoxuan (3 persen), Sunwoda (2 persen) dan SVOLT (1 persen).
Total dari 10 perusahaan China, Jepang dan Korea ini sudah mengambil market share 92 persen. Sisanya yang 8 persen dari perusahaan lain. Indonesia? Belum tuh. (an)