sinyal.co.id
Benarkah langkah BlackBerry berpindah ke sistem operasi Android disebut gegabah dan tak tahu malu? Rasanya tidak. Mungkin memang terkesan seperti tentara kalah perang yang lalu membelot ke lawan. Namun BlackBerry punya mesiu yang masih layak dibawa ke medan perang berikutnya. BlackBerry Messenger umpamanya, walaupun turun tetapi belum anjlok ke ranking Messenger papan bawah. Setidaknya di Indonesia fans fanatik yang menggunakan OS non-BB masih terhitung banyak.
Kisah Nokia mirip, tetapi menurut saya, tindakan yang diambil sebagai brand yang kalah perang kurang strategis dan cenderung jumawa. Nokia terbelah dua; kelompok yang fanatis dan mencoba mengarahkan untuk terjun ke Android seperti BlackBerry dan kelompok yang ingin menguatkan OS Windows Phone.
Kelompok kedua ini yang semakin kerepotan terbawa oleh eksklusivitas yang ingin dibangunnya dan belakangan gagal. Sementara kelompok pertama, justru mendapat simpati, khususnya oleh fans fanatik brand. Mereka menunggu lahirnya seri-seri Nokia berbasis Android.
Anda pasti sepakat, bila saja Nokia tak keliru dan secara sukarela memilih Android sebagai platform seharusnya lebih mudah langkahnya ketimbang brand-brand seperti Lenovo, Huawei, Asus, atau pula Oppo. Nokia sudah membangun ekosistem, mulai manufaktur rekanan hingga pembuat aplikasi. Dengan nama besarnya, seharusnya Nokia tinggal membalikkan telapak tangan dari Symbian ke Android.
Namun kebijakan pemilik brand setelah Nokia dibeli justru kian mengubur nama Nokia pada masa depan yang semakin kabur. Orang-orang fanatis Nokia malah menunjukkan kemampuannya dengan membuat produk inovatif dan produk gadget-nya punya desain yang berkarakter.
BlackBerry DTEK50 dan DTEK60 punya style sangat “BlackBerry”. Demikian dengan tablet Nokia N1 yang dirilis dua tahun silam. Ketiganya Android, yang sama sekali membawa user interface dan rancang bangun produk istimewa. Artinya, kendati baru, tetapi sudah kenyang pengalaman (termasuk men-desain produk).
Lalu, apakah migrasinya Nokia dan BlackBerry akan sukses dan kembali menggemilangkan namanya?
Seharusnya bisa. Asalkan upaya yang dilakukan segarang ketika saat kedua nama ini meraih keberhasilan. Kemudian menempatkan diri sesuai dengan porsinya saat ini sebagai pendatang, bukan penantang. Bermain di arus Android sembari terus melahirkan gagasan segar. Tidak bernafsu besar meraih posisi atas, tetapi finansialnya tetap terjaga.
Namanya mungkin tak lagi segemilang dulu, tetapi namanya juga tak diberangus apalagi dimatikan. Ini butuh otak cerdas, dan tidak hanya berkaca pada angka-angka keuntungan semata. Sebab bisnis ini bukan seperti dagangan pasar pagi.
Andra