“Ketika aku ngepost, dan aku dapat likes yang enggak terlalu banyak. I get sad, i get depressed, i get stressed, dan juga enggak happy. Gue jadi overthinking, apa yang harus diperbaiki. Dan untungnya aku cepat sadar, this lead me to another depression. Ketika ekspektasi aku enggak tercapai, aku bisa depresi lagi.”, tutupnya.
Menurut Awkarin, media sosial memiliki pola yang sama seperti narkoba, di mana bisa membuat penggunanya bahagia.
Ketika mendapat banyak reaksi atau perhatian, saraf di otak mengeluarkan dopamine, dan akhirnya membuat bahagia.