SINYALMAGZ.com – Hubungan diplomatik antara Indonesia dan Australia memang kerap diwarnai ketegangan. Tentu kita masih ingat bagaimana Presiden ke-6 Indonesia, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), disadap oleh pihak intelijen Australia segala percakapannya.
Namun, tensi ketegangan paling tinggi adalah ketika lepasnya Timor-Timur dari pangkuan Indonesia tahun 1999 silam.
Semua bermula dari mendaratnya pasukan PBB pimpinan Australia dan Selandia Baru, yaitu Interfet, di bumi Lorosae.
Karena takut akan adanya ancaman berbahaya saat mendaratkan pasukan Interfet di Timor-Timur, maka Australia pun merancang untuk mengamankan pendaratan tersebut dengan tekanan politis dan juga militer.
Yakni, merencanakan serangan ke ibukota Indonesia, Jakarta, pada September 1999.
Dikutip dari The Telegraph, Minggu (17/3/2019), rencana penyerangan itu diungkapkan oleh seorang analis pertahanan asal Selandia Baru, David Dickens, dari direktur Pusat Studi Strategis di Universitas Victoria, Wellington.
Sementara unsur yang akan menyerang Jakarta direncanakan akan dilaksanakan menggunakan pesawat tempur pembom F-111 Aardvark milik RAAF.
Bahkan, Dickens berujar, kapal perang RAN Australia juga turut disiagakan dalam kondisi siap tempur untuk melawan TNI AL.
Intinya, semua kesatuan militer Australia siaga penuh demi lancarnya pendaratan Interfet di Timor-Timur.
Lantas, mengapa Australia merencanakan serangan presisi untuk membom Jakarta?
Dickens menjelaskan, hal ini karena “ulah” kapal selam dan pesawat tempur Indonesia yang secara agresif dianggap mengancam pendaratan Interfet di Timor-Timur.
Australia sangat khawatir dengan ancaman kapal selam TNI AL yang sangat sulit dideteksi, dan bisa saja sewaktu-waktu mentorpedo kapal perang negara siapapun yang hendak masuk ke perairan Indonesia.
“Taktik (ancaman pendaratan) itu menimbulkan pertanyaan tentang niat militer Indonesia.”, katanya.
“Berbagai kapal perang Interfet juga dibayangi (kapal selam TNI AL) saat mendekati Timor-Timur.”