SINYALMAGZ.com – Pekan ini, seluruh mata di dunia sedang memandang konflik antara India dan Pakistan. Dua negara ini memang telah menjadi seteru abadi. Kabar terakhir, dua jet tempur MiG-21 Bison milik India tertembak jatuh. Sementara satu F-16 milik Pakistan juga diklaim berhasil ditembak oleh India.
Ternyata, perseteruan antar kedua negara tersebut sudah lama terjadi.
Seperti dikutip dari Time, Sabtu (2/3/2019), ketegangan antara kedua negara tersebut awalnya bermula pada tahun 1947. Ketika itu, Pakistan menganeksasi sepertiga wilayah Kashmir dengan bantuan suku Pashtun.
Mengetahui akan hal itu, India pun lantas mengirim pasukan ke Gurdaspur untuk merebut kembali Kashmir.
Meski sempat mereda, namun perang dahsyat kembali terjadi pada tahun 1965.
Hal ini bermula ketika pasukan Pakistan berusaha memasuki teritori Kashmir India untuk memicu pemberontakan oleh Kashmir.
Namun rencana ini gagal, dan penyusup dapat ditemukan, sehingga India membalas hal ini.
Pertumpahan darah pun seakan membayangi kedua negara. Namun dalam hal ini Pakistan terdesak, karena kalah dalam kekuatan militer.
Rakyat Indonesia melalui Soekarno merasa prihatin akan perang India-Pakistan ini. Bagaimana tidak, Pakistan dan India adalah sahabat dekat Indonesia. Apalagi pemimpin kedua negara saat itu, Jawaharlal Nehru dan Mohammad Ali Bogra, beserta Soekarno dan Ali Sastroamidjojo ikut mempelopori terbentuknya Konferensi Asia-Afrika (KAA).
Intinya, peperangan antar anggota KAA itu harus diakhiri.
Soekarno pun kemudian memerintahkan Angkatan Perang Indonesia dari satuan Kapal Selam Korps Hiu Kencana TNI AL untuk segera berlayar menuju Pakistan.
Maka, dipersiapkanlah Kapal Selam RI Nagarangsang dan RI Bramasta, dengan bersenjata lengkap.
Kedua kapal selam itu diperintahkan untuk segera berlayar menuju Karachi. Jalur pelayaran mereka pun harus menghindari rute pelayaran kapal niaga.
Misi ini dinamakan “Gugus Tugas X”, yang misinya adalah membantu negara Pakistan yang sedang diserbu oleh India.
Namun misi utamanya adalah meredam peperangan agar tidak berlangsung lagi antara kedua negara tersebut.
Ternyata, bukan hanya kapal selam saja yang dikirimkan oleh Indonesia, namun juga Batalyon Marinir dan kapal perang permukaan lainnya.
Sesampainya di Pakistan, semua unsur Angkatan Perang Indonesia milik TNI AL tersebut pun segera melakukan latihan (Show of Force) bersama dengan AL Pakistan di lepas pantai yang berbatasan langsung dengan India.
Hal ini bertujuan agar India yang dibantu Inggris tahu bahwa ada Angkatan Laut Indonesia akan bertindak lebih jika perang kembali terjadi.
Akibat kehadiran unsur-unsur kapal selam dan Batalyon Marinir Indonesia di Pakistan atas perintah Soekarno, maka India-Pakistan “gelagapan”.
Hal inilah yang akhirnya “memaksa” keduanya menandatangani perjanjian damai di Tashkent, Uni Soviet, pada Januari 1966.
Sebagai informasi, pada tahun 1965, Angkatan Perang Indonesia termasuk yang paling kuat di Bumi bagian Selatan.