Alergi Wi-Fi, Remaja 15 Tahun Nekat Bunuh Diri

SINYALMAGZ.com – Seorang Ibu mengklaim bahwa anak gadisnya meninggal dunia karena alergi Wi-Fi, dan menuduh pihak sekolah telah gagal dalam menghadirkan lingkungan sekolah yang aman bagi putrinya.

Jenny Fry, gadis berusia 15 tahun dari Chadlington. Oxfordshire, ditemukan tewas di area hutan dekat rumahnya. Sebelum meninggal, ia sempat mengirim SMS kepada temannya dan mengatakan bahwa ia tidak pergi ke sekolah, dan berencana bunuh diri.

Menurut pemeriksaan resmi diketahui bahwa Jenny adalah remaja yang cerdas dan terorganisasi. Namun hidupnya menjadi sulit karena ia memiliki kondisi electro hypersensitivity (EHS), yakni sensitifitas berlebihan terhadap sinyal elektronik.

Ibu Jenny, Debra Fry, mengungkapkan bahwa anak perempuannya itu mengalami kelelahan, sakit kepala, dan masalah buang air kecil, karena koneksi internet nirkabel di sekolah Chipping Norton, tempatnya belajar.

Jenny sudah menunjukkan tanda-tanda EHS sejak November 2012. Semakin ia dekat dengan ruter nirkabel, maka semakin buruk kondisi tubuhnya.

“Jenny merasa tak enak, dan begitu juga saya.”, ungkap Debra, seperti dikutip dari Telegraph, Kamis (3/1/2019).

“Saya melakukan riset, dan menemukan bagaimana bahayanya Wi-Fi, sehingga harus dibawa ke luar rumah.”

“Baik Jenny dan saya, baik-baik saja di rumah. Namun Jenny merasa tak enak badan di area-area tertentu di sekolahnya.”

“Ia sering dihukum, bukan karena mengganggu murid lainnya atau berperilaku buruk. Namun karena ia sering keluar ruang kelas untuk mencari tempat mengerjakan pekerjaan sekolahnya. Ia menganggap serius tugas sekolahnya.”

“Saya mengambil banyak informasi ke sekolah untuk menunjukkan pada kepala guru, Simon Duffy, namun ia mengatakan ada banyak informasi serupa yang mengklain bahwa Wi-Fi aman.”

“Saya juga berdebat dengan para guru, menjelaskan bahwa Jenny alergi Wi-Fi, dan tak masuk akal menghukumnya di dalam ruangan yang membuatnya merasa sakit.”

Jenny Fry (15)

Pemeriksaan resmi juga mendapatkan bahwa Jenny sebelumnya pernah berniat untuk bunuh diri pada November 2014, menyusul kematian teman dekatnya, Tom Boomer.

Keluarga Jenny kini melakukan kampanye terhadap kepedulian EHS dan bahaya teknologi nirkabel pada kesehatan. Mereka berharap aksi yang mereka lakukan ini bisa memberikan perubahan pada penggunaan teknologi nirkabel di sekolah-sekolah.

“Jenny meninggal setelah berteriak meminta pertolongan. Ia mengirim pesan ke temannya bahwa ia ingin mati, namun tidak mengatakan lokasi keberadaannya.”, ujar Debra.

“Jika ia berencana bunuh diri, ia tidak akan mengungkapkan keberadaannya. Namun temannya tidak memegang ponselnya, sehingga tidak melihat pesan Jenny tepat waktu.”

“Jenny meninggalkan surat pada kami, mengatakan ia sudah tidak sanggup mengatasi kondisinya.”

“Ia ingin mendapat nilai bagus dan ingin masuk universitas, namun Wi-Fi berdampak buruk pada pendidikannya. Sampai-sampai, ia harus bersembunyi di kelas tak terpakai hanya untuk menghindari Wi-Fi.”

“Dalam kelas ada aturan duduk. Namun jika ia dekat dengan ruter, ia akan mengalami sakit kepala dan menjadi sangat terganggu. Jika menjauh, ia akan merasa lebih baik, sehingga ia mencari-cari area sekolah yang tidak diliputi sinyal Wi-Fi untuk melakukan tugas-tugasnya.”

“Saya ingat ketika saya menghadap sekolah dan berkata ‘jika seseorang punya alergi kacang, Anda tidak memaksa mereka belajar dikelilingi kacang.”

“Hanya karena Wi-Fi baru, tidak berarti membuat kita aman. Wi-Fi dan anak-anak tidak cocok. Perlu banyak riset dilakukan mengenai topik ini. Karena saya percaya, Wi-Fi membunuh anak saya.”

 

Halaman selanjutnya:

We will be happy to hear your thoughts

Leave a reply

Sinyal Magazine
Login/Register access is temporary disabled