Kasus “pertengkaran” antara Apple dan Pemerintah RI, dalam hal ini Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita, yang berbuntut dilarang masuknya ponsel premium iPhone 16 ke Indonesia, belum usai. Agus meminta Apple memenuhi kesepakatan antara lain mengenai TKDN (tingkat komponen dalam negeri) yang 35% yang harus diperpanjang dengan menambah investasi baru. Apple juga harus membangun R&D (research and development – litbang), yang berbeda dengan Apple Academy yang sudah ada di Tangsel, Batam dan Surabaya.
Apple pun diminta menjadikan Indonesia sebagai bagian dari GVC (global value chain – pemasok) mereka. Pemerintah mengidentifikasi, dari 6 kategori komponen Apple, ada 17 perusahaan di Indonesia yang mampu memproduksinya, yang sebagai GVC bisa menaikkan nilai (value) Indonesia.
Semula Apple hanya mau mengucurkan investasi senilai 10 juta dollar AS (sekitar Rp 158 miliar), yang membuat Agus Gumiwang tidak berkenan. Apple pun meningkatkannya menjadi 100 juta dollar AS (Rp 1,58 triliun), namun baginya kesediaan ini belum juga memadai.
Apalagi, Apple dinilai mengabaikan pasar Indonesia, ditambah komitmen mengembangkan akademi hanya Rp 1,5 triliun dari seharusnya Rp 1,7 triliun. Potensi pasar Indonesia yang sangat besar dengan 278 juta jiwa penduduk, setengahnya lebih berusia di bawah 44 tahun yang paham teknologi, tidak dilirik Apple.
Menteri Agus tampaknya iri dengan sikap Apple terhadap negara ASEAN lain. Vietnam, misalnya, mendapat kucuran investasi 15,84 miliar dollar AS, atau sekitar Rp 256,22 triliun yang berhasil menciptakan 200.000 lapangan kerja.
Padahal tahun lalu Apple menjual produknya di Indonesia sebanyak 2,17 juta unit HKT (handphone, komputer dan tablet) senilai Rp 30 triliun. Vietnam cuma mampu menjual 1,43 juta unit HKT di tahun yang sama dengan GVC sebanyak 35 pemasok. Kita belum punya GVC untuk Apple.
Agus lalu memblokir IMEI (international mobile equipment identity – nomor seri unik secara internasional yang wajib dimiliki setiap perangkat seluler) HKT Apple yang masuk tanpa izin itu. Pemblokiran IMEI membuat ponsel tidak dapat digunakan untuk berkomunikasi sama sekali, walaupun di dalamnya ada kartu SIM operator Indonesia.
Meski pemilik ponsel sudah melunasi bea masuk di bandara sebagai barang bawaan. Menteri Agus Gumiwang juga mengancam e-commerce agar tidak menjajakan HKT Apple, terutama iPhone.
Tim Kook
Hingga 10 November lalu diperkirakan ada sekitar 11.000 ponsel iPhone yang masuk sebagai barang bawaan, saat jalur impor masih tertutup akibat sengkarut ini. Sementara belum lama ini Bea&Cukai Soekarno Hatta memusnahkan 102 HKT Apple berupa tablet atau ponsel iPhone 16 yang masuk secara gelap dengan cara memotongnya.
Masa-masa lalu puluhan ribu ponsel impor ilegal yang memenuhi pasar gampang dibuka blokir IMEI-nya. Ponsel-ponsel dapat dengan mudah digunakan karena ada “proses peresmian” IMEI dengan berbagai cara termasuk ponsel bodong yang mengkloning IMEI ponsel lain.
Seorang importir mengakui, setiap ia minta izin mendaftarkan 10.000 IMEI ponsel yang resmi diimpornya, jumlah dalam daftar yang kemudian diterimanya bisa sampai 12.000 atau lebih. Sisanya atas nama pihak lain yang tidak dikenalnya.
Pemerintah Indonesia saat ini berniat sangat keras dan tegas dalam memberantas korupsi, termasuk soal ponsel iPhone. Walau dulu juga ditetapkan keras, tegas, namun lalu ada kesepakatan-kesepakatan dan akal-akalan petugas, entah di Perindustrian, Pedagangan atau Bea&Cukai.
Dalam kasus yang mungkin bisa diselesaikan dalam sepekan dua pekan dengan datangnya CEO Apple,Tim Kook, menghadap menteri, Indonesia harus bersikap realistis. Kita harus paham kenapa – bukan hanya iPhone, tetapi juga Tesla misalnya – atau manufaktur raksasa dunia lebih suka menanam modal di Thailand, Vietnam atau Malaysia.
Jumlah penduduk Indonesia tidak jadi pertimbangan, sebab penduduk mereka masing-masing di bawah 20 juta sementara kita di atas 200 juta jiwa. Kenyamanan jaminan investasi, keamanan dan tingkat korupsi, bisa jadi pertimbangan mereka.
Di sisi lain, Agus Gumiwang saat ini ada pada masa perlu mendapat perhatian dan apresiasi dari presiden yang baru, Prabowo Subianto. Demi masa depan kariernya. ***