WWW.SINYALMAGZ.COM – Usianya nyaris 60 tahun (tepatnya 59 tahun, kelahiran 27 November 1963), namun tongkrongan Linda Yaccarino masih terlihat enerjik. Seakan tengah berada di era usia 40-50 tahunan.
Kalau ada tebak-tebakan, niscaya sulit membilang perempuan kelahiran Long Island New York ini masih belia. Bahkan ia menjadi CEO Twitter di usia yang menjelang pensiun dan perempuan pertama, menggantikan sang pemilik Elon Musk.
Musk menjadi CEO selama setahun (2022-2023), sama dengan durasi kepemimpinan CEO sebelumnya. Yakni pria India Parag Agrawal (2021-2022) sebelum kemudian Musk membeli Twitter yang data finansialnya jeblok terus.
Sekadar info sejak berdiri pada 2006, Twitter sempat di-CEO oleh Jack Dorsey (2006-2008), Evan Williams (2008-2010), Dick Costolo (2010-2015). Kemudian Dorsey mengambil alih pos CEO kembali pada 2015 hingga mundur total pada 2021.
Linda Yaccarino, perempuan yang kenyang pengalaman di industri periklanan dunia. Selama 15 tahun bekerja di Turner Entertainment membidangi bisnis pendaptan iklan. Sehingga ia tahu persis bagaimana bisnis advertensi berjalan.
Pendek kata Yccarino adalah salah satu sosok hebat di industri pemasaran dan periklanan di Amerika. Ketika bergabung di jaringan media raksasa NBCUniversal, kapabilitasnya semakin meningkat. Salah satu bukti kesuksesannya adalah ketika NBCUniversal merilis OTT Peacock, streaming video di Amerika.
Peran Yaccarino di dunia non profit juga terbukti sukses saat bergabung dengan Ad Council. Lembaga ini mengusung promosi dan pemasaran layanan publik dengan menggandeng berbagai industri untuk kemaslahatan umat.
Dengan kata lain, perempuan berdarah Italia ini sangat mumpuni menggeluti dunia advertising dan marketing baik profit maupun non profit yang memiliki perbedaan cara kerja.
Sementara strategi Musk untuk Twitter salah satunya adalah mengencangkan pendapatan dari sisi iklan. Sisi ini bagi Twitter memang paling krusial. Padahal media sosial lain justru sangat kencang memperoleh pendapatan iklan.
Maka Musk segera memutuskan memberi tempat jebolan Pennsylvania State University ini untuk duduk sebagai CEO di X Corp (perusahaan teknologi milik Musk) sekaligus Twitter.
Peran Yaccaroni sangat ditunggu Musk untuk mengembalikan penurunan pendapatan iklan pada beberapa tahun ke belakang. Ingat, pada September hingga Oktober 2022 pemasukan iklan Twitter adalah yang paling jeblok. Drop sampai 89 persen, dari 71 juta dolar hingga hanya meraih 7,6 juta dolar.
Padahal pendapatan Twitter sebesar 90 persen diperoleh dari iklan. Ketika Musk membeli Twitter valuasi perusahaan sebesar 44 miliar dolar. Dengan meraih kembali pendapatan iklan seperti halnya yang terjadi pada produk Meta dan TikTok, Musk menginginkan nilai perusahaan akan menjadi 250 miliar dolar.
Pekerjaan berat Yaccaroni menanti di depan mata. Walaupun sebagian persoalan telah dibersihkan oleh Musk, namun untuk meraih target sang bos besar di atas, jelas membutuhkan kepintaran luar biasa.
Yaccaroni barangkali adalah satu-satunya pilihan Musk untuk mewujudkan impiannya. (an)