Sinyal Rate: 8 dari 10
Genre: Dokumenter
Sutradara: Evgeny Afineevsky
WWW.SINYALMAGZ.COM – Dalam sejarah demokrasi, sudah banyak kisah revolusi rakyat melawan pemerintahan yang dianggap menyeleweng. Penyelewengan itu biasanya ada dua faktor. Faktor greedy alias rakus entah untuk dirinya sendiri atau kepentingan partai pendukungnya. Kedua, faktor politik dan tata pemerintahan yang kian tidak demokratis.
Faktor kedua ini paling sering, namun tak sedikit tekanan parlemen jalanan (alias people power) mudah dihalau atau diporak-porandakan oleh pemerintahnya.
Di era pasca bubarnya Uni Sovyet, sebenarnya telah terjadi perubahan besar-besaran dari negara-negara pecahannya itu. Ada yang bernasib baik, tak sedikit justru kacau-balau karena tidak siap berdiri sendiri menjadi sebuah negara.
Ukraina berada di tengah-tengahnya. Di satu sisi rakyat ingin mendapatkan kemerdekaannya dengan cara menjadi bagian dari masyarakat Uni Eropa (UE). Di sisi lain, muncul keengganan pemerintah yang cenderung pro kepada Rusia.
Tarik-menarik antara Uni Eropa dengan Rusia ini menimbulkan gejolak. Secara ekonomi Rusia memberikan kontribusi terbesar kepada Ukraina. Bahkan pemerintahan Putin menawarkan beragam kebijakan dan bantuan yang jauh lebih menarik.
Rakyat bersikukuh menjadi bagian dari UE. Sementara pemerintahan presiden Viktor Yanucovych seakan enggan, dan menunda-nunda penandatanganan perjanjian dengan UE. Ia bahkan dicap pro Rusia.
Rakyat mulai jengah. Protes muncul perlahan dan tumbuh menyubur ibarat jamur di musim penghujan. Para pengunjuk rasa yang tadinya hanya puluhan, jadi ratusan, tepat di saat memasuki musim dingin akhir 2013. Protes dan demo pecah menjadi gerakan moral.
Dalam dingin, Ukraina sedang memanas. Itulah makanya mengapa sutradara Afinnevsky memberi judul film dokumenter kisah gerakan revolusi Ukraina dengan Winter on Fire; Ukraine’s Fight for Freedom.
Kebetulan revolusi rakyat yang episentrumnya berada di alun-alun Maidan (Maidan brasal dari bahasa Arab yang berarti alun-alun) itu terjadi di era digital. Artinya, tak sulit melakukan pendokumentasian revolusi akbar tersebut.
Afinnevsky tidak hanya menyajikan story telling secara kronologis. Tetapi juga menyelipkan sisi-sisi dari beragam sudut. Misalnya, dari sisi sosiokultur muncul mobilisasi besar-besaran, yang ternyata dipicu oleh rasa senasib sepenanggunan rakyat yang haus kemerdekaan. Di sisi humanis ada kisah bocah yang rela turun ke jalan dan berbaur menjadi relawan.
Winter on Fire jadi dramatis berkat footage-footage masyarakat yang masak besar di alun-alun, atau relawan kesehatan berjibaku di gedung-gedung sekitar untuk dijadikan RS darurat. Juga kekejaman polisi beserta pasukan khusus yang sengaja dijadikan benteng pemerintah.
Sejumlah saksi mata dihadirkan. Dari rakyat biasa, si anak kecil relawan yang telah remaja, mantan tentara Ukraina yang pro kepada rakyat, artis, selebritis, hingga wartawan saling berbagi cerita. Kekuatan massal ini makin meningkat berkat dukungan dari seluruh pemimpin umat dari berbagai agama di Ukraina.
Tak heran sepanjang 102 menit, Winter on Fire tak membosankan. Film ini digarap lumayan cepat. Revolusi Ukraine berlangsung selama hampir 100 hari, dan berakhir pada akhir Februari 2014. Setahun kemudian film dokmenter ini hadir di festival film Venice.
Belakangan di Netflix masuk di deretan film rekomendasi. Tampaknya Netflix memanfaatkan situasi membara di Ukraina belakangan ini. Dan, memang kekisruhan antara Rusia-Ukraina tersebut tidak lepas dari pecahnya revolusi oleh rakyat Ukraine di alun-alun Maidan.
Hanya saja, dulu –delapan tahun silam- yang terjadi adalah proses pembentukan demokratisasi ala Ukraina. “Perang” antara rakyat dengan pemimpin negaranya. Kini, Ukraina harus berperang dengan negara yang pernah berkontribusi pada sejarahnya.
So, Winter on Fire; Ukraine’s Fights for Freedom, perlu Anda tonton guna memahami perjalanan negara berbendea kuning-biru muda itu. (*)