WWW.SINYALMAGZ.COM – Bisnis perangkat refurbish alias gawai seken yang direnovasi atau diperbarui sehingga secara fungsi dan fisik jadi lebih baik, diam-diam cukup sukses. Dan, ini legal tentu dengan catatan ada kejujuran dari penjualnya.
Di Prancis ada start up yang berbisnis perangkat refurbish bernama Back Market. Refurbish hadir dengan niat baik. Pertama melihat betapa produsen seperti Apple, Samsung dan lainnya setiap tahun mengirimkan jutaan gadget, sehingga membuat peluang barang tak terpakai alias produk bekas makin bertambah. Efeknya pada persoalan lingkungan. Produk-produk elektronik bisa jadi limbah berbahaya.
Kedua, dengan banyaknya produk baru, daur pemakaian sebuah gadget bisa semakin cepat. Jadi terkait dengan hal pertama, makin banyak produk bekas di pasaran. Padahal produk-produk bekas tersebut masih cukup baik apalagi jika dilakukan sedikit renovasi.
Back Market bukan saja sebuah perusahan biasa. Oleh situs Fast Company, ia masuk dalam salah satu yang pernah dibahas.
Ada pasar yang membutuhkan produk refurbish dan transaksinya lumayan besar. Menusur lembaga Performance Market Research di tahun 2017 saja uang di bisnis perangkat refurbish mencapai 17 miliar dolar. Lembaga ini memperkirakan hingga 2027 akan mencapai 44 miliar dolar.
Memang tak semua negara rakyatnya menyukai produk diperbarui. Misalnya di Amerika. Tetapi di berbagai belahan dunia, termasuk Eropa pasarnya tumbuh pesat.
Di Eropa, Back Market adalah platform yang sukses dan tepercaya. Penjualan kotor tumbuh dari 4 juta dolar pada 2015 menjadi 120 juta dolar pada 2017. Bahkan ketika 2018, setelah hadir di Amerika penjualannya melonjak lebih dari dua kali lipat, mencapai 300 juta dolar.
Bisnis yang jelas dan menguntungkan membuat investor tertarik menyuntikkan dana. Ketika berusia lima tahun pada 2018, Back Market mendapat sunitkan sebesar 48 juta dolar yang diperoleh dari Goldman Sachs, Aglaé Ventures, Eurazeo Growth dan Daphni. Setahun sebelumnya mendapat sunitkan 7 juta dolar.
Tempo hari, Back Market kembali memperoleh dana segar setelah memiliki rencana untuk pengembangan bisnis. Kali ini meraup 120 juta dolar.
Bisnisnya menganut ekonomi sirkular, di mana sebisa mungkin pemakaian bahan bertahan lama, sehingga mengurangi dampak lingkungan.
Cofounder dan CEO Thibaud Hug de Larauze mengatakan tujuan jangka panjang perusahaan adalah membuat perangkat yang diperbarui sebagian besar untuk pembelian konsumen.
Cara ini ia lakukan dalam ambisinya untuk mempromosikan ekonomi sirkular dan mengurangi dampak industri teknologi terhadap lingkungan.
“Kami adalah perusahaan yang digerakkan oleh misi,” kata Hug de Larauze. “Misi kami adalah menjadikan ekonomi sirkular lebih dulu. Jelas ini belum terjadi, jadi kami memiliki banyak pekerjaan yang harus dilakukan. ”
Anda tertarik? (*)