WWW.SINYALMAGZ.COM – Upaya pemerintah dalam hal memberi informasi tentang up date wabah Covid-19 hanya bersandar pada Information Center Covid-19. Betul, di satu sisi upaya yang dilakukan oleh pemerintah melalui satu pintu sehingga informasi dapat dikelola secara benar dan transparan. Selain juga dalam rangka masyarakat memperoleh kabar orisinal.
Namun, untuk hal itu maka pemerintah ahrus menggandeng media untuk menjadi corong menyebarkan informasi.
Di sisi lain, pemerintah seperti belum melakukan teknologi informasi untuk menjadi media informasi yang lebih kompeten dan real time.
Singapura jauh lebih transparan dan cerdas. Negeri kecil ini bahkan sudah melakukan mitigasi dan pengelolaan informasi melalui peta Corona interaktif.
Peta yang dapat dengan alamat https://sgwuhan.xose.net/ bisa diakses kapanpun, di manapun dan terus di-update.
Peta ini mengandung dua tujuan. Tujuan pertama, warga bisa memperoleh informasi tentang kasus, jenis kasus, jumlah kasus dan hal-hal lain yang menyertainya.
Jika Anda ingin tahu lebih detil bahkan kronologi peristiwanya, Anda akan diantarkan ke website resmi milik Departemen Kesehatan Singapura.
Di sana, informasi dipaparkan rinci. Bahkan Anda bisa bersua dan bertanya dengan virtual assistant yang siap 24 jam menjawab lewat chat messenger.
Kedua, tujuan peta ini adalah memberi gambaran situasi (peta situasi) sebaran guna menjaga dan memantau dugaan pergerakan virus. Dengan begitu, dari hari ke hari, masyarakat dapat melihat sejauh apa negerinya dikungkung oleh virus. Pemerintah juga bisa melihat penularannya, lantas dapat dengan mudah melakukan antisipasi.
Peta ini sangat membutuhkan pencatatan secara detil histori pasien dalam beberapa minggu atau bulan sebelum terjangkit.
Metode tracking perlu dilakukan untuk menentukan titik-titik di kawasan di mana pasien dengan pola hidupnya beberapa tempo ke belakang. Selain itu pun dapat menemukan titik-titik yang diduga menyimpan jumlah kasus terbanyak.
Agar mudah dipahami oleh mayoritas warga, pengembang peta berbasis Google Maps ini menyajikan titik-titik dengan empat warna berbeda. Titik putih menunjukkan lokasi yang pernah dikunjungi pasien terinfeksi. Warna oranye menandakan kasus. Titik kuning memperlihatkan up date kasus, dan warna merah menginfokan kasus baru.
Aplikasi peta ini dibuat cepat oleh seorang developer berusia 32 tahun. Inisiatif ini ia lakukan setelah melihat data yang ditampilkan oleh Kementerian Kesehatan sangat tekstual. Mungkin menjemukan.
Sang pembuat yang gemar melakukan analisa data dan bereksperimen dengan peta, kemudian “menarik” data kementerian menjadi sebuah informasi.
Peta ini jauh lebih powerfull untuk melihat sebaran, meng-update kasus baru, dan banyak keperluan lainnya. Ini tantangan bagi para developer Indonesia dan Kementerian Kesehatan. Pakai Google Maps memang harus berbayar untuk versi dynamic. Tetapi mustinya Google bisa lebih arif dan amat ditunggu partisipasinya.
Biar, yang bicara tak cuma sang juru bicara, Achmad Yurianto. (*)