SINYALMAGZ.com – Planet kita memiliki inti bagian dalam yang terbuat dari cairan logam. Inti bagian dalam ini bekerja seperti magnet raksasa, dengan Kutub Utara dan bagian Selatan. Di mana keduanya memiliki tempat yang sama terhadap kutub geografis.
Medan magnet sendiri adalah “lapisan” kekuatan di sekitar Bumi, yang dikenal sebagai Magnetosfir. Hal ini sangatlah penting bagi kehidupan di planet.
“Medan magnet melindungi kita dari angin tenaga Matahari (gelombang partikel dari Matahari) yang dapat menjadi sangat berbahaya.”, ujar geolog Ricardo Ferreira Trindade, dari University of Sao Paulo kepada BBC.
Medan magnet dibangkitkan cairan logam yang bergerak di inti bagian dalam Bumi. Perbedaan arus, juga mengubah medan.
Meski demikian, menurut Trindade, dalam 10 tahun terakhir, hal ini berubah lebih cepat dibandingkan sebelumnya.
Magnet Kutub Utara, misalnya, selalu berubah posisi, meskipun dalam rentangan tertentu. Sementara arah perubahan tidak bisa diramalkan, kecepatannya biasanya tetap.
Sekarang, hal ini bergerak dari Kanada ke Siberia jauh lebih cepat dari pada perkiraan para ilmuwan.
Hal ini tentu menimbulkan sejumlah kekhawatiran terkait dampak yang mungkin ditimbulkan. Apalagi beberapa penelitian tentang fenomena ini juga menghubungkannya dengan peristiwa lain.
“Pergeseran kutub-kutub geomagnet yang kian cepat, memang ada yang menduga sebagai tanda-tanda awal dari pembalikan kutub-kutub magnet Bumi.”, ungkap Marufin Sudibyo, seorang astronom amatir.
“Dugaan itu diperkuat oleh melemahnya kekuatan medan magnet Bumi, yang rata-rata mengalami pelemahan 10 persen per abad.”, lanjutnya.
Hal inilah yang sering menjadi ketakutan banyak orang. Pasalnya, medan magnet bumi berfungsi untuk melindungi manusia dari angin Matahari dan radiasi kosmik.
Lantas, apa pengaruhnya bagi Bumi?
“Melemahnya medan magnet akan berimplikasi pada melemahnya magnetosfer Bumi.”, ucap Marufin.
Sejauh ini, pelemahan magnetosfer membuat partikel-partikel energetik bermuatan listrik yang dipancarkan sebagai angin/badai Matahari maupun sinar kosmik lebih berpeluang menerobos magnetosfer dan menghujani permukaan Bumi.
“Meski begitu, kaitan antara peristiwa-peristiwa pembalikan kutub-kutub geomagnet di masa silam terhadap populasi makhluk hidup nyaris tidak ada atau sangat sedikit buktinya.”, tegasnya.
Hal senada juga diungkapkan Kepala Lambaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN), Thomas.
“Pembalikan medan magnetik Bumi disebabkan karena dinamika material besi di perut Bumi,” kata Thomas, Rabu (16/01/2019).
“Dampaknya, selain perubahan posisi kutub magnetik, kekuatan medan magnetik di masing-masing lokasi di permukaan bumi juga bervariasi.”, sambungnya.