SINYALMAGZ.com – Tepat pada hari Minggu, 18 November 2018 lalu, menjadi hari terakhir bagi kota Utqiagvik yang berada di Alaska merasakan kehangatan sinar Matahari. Pasalnya, menurut ahli meteorologi, untuk 65 hari ke depan, kota yang memiliki penduduk hanya 4.000 jiwa itu akan hidup dalam kegelapan, atau yang biasa dikenal sebagai “Malam Kutub” (polar night).
Menurut ahli meteorologi, Judson Jones, siklus polar night ini merupakan istilah umum untuk menyebut fenomena. Di mana sebuah kawasan tidak akan merasakan sinar Matahari selama lebih dari 24 jam.
“Ini terjadi setiap tahun. Jika Anda tinggal di lingkaran Arktik, Anda akan merasakan matahari tenggelam selama sisa musim dingin. Kabar baiknya, matahari akan kembali saat musim panas, dan tidak akan tenggelam selama berhari-hari.”,ungkap Jones, sebagaimana dilansir CNN, Rabu (28/11/2018).
Di sepertiga bagian utara Alaska, yang terletak di atas lingkaran Arktik, memang dikenal sebagai lingkaran lintang yang melingkari daerah kutub Arktik yang dingin.
Meski Utqiagvik bukan satu-satunya kota di Alaska yang mengalami fenomena polar night, namun fenomena ini adalah yang pertama bagi kota Utqiagvik selama mengalaminya. Hal itu disebabkan kota tersebut berada jauh di utara.
Selain Utqiagvik, penduduk kota Kaktovik, yakni Point Hope dan Anaktuvuk Pass akan diselimuti kegelapan selama satu hingga dua bulan ke depan. Ketiga kota tersebut diperkirakan akan merasakan matahari terbenam terakhir pada akhir November atau awal Desember 2018 mendatang.
Di kota Utqiagvik sendiri, matahari terakhir kali terlihat pada pukul 1.43 siang waktu setempat, pada hari Minggu (18/11/2018) lalu. Dan matahari akan muncul kembali sekitar tanggal 23 Januari 2019 mendatang.
Ada Zona Panas Misterius di Bawah Antartika
Terlepas dari fenomena polar night, baru-baru ini sebuah studi berhasil mengungkapkan adanya zona panas di bawah lapisan es Antartika.
Tim peneliti untuk Antartika menemukan hal ini dengan menggunakan data radar pesawat melalui jarak 3 kilometer.
Dilaporkan dalam jurnal “Scientific Report”, ukuran zona panas di bawah Antartika itu seukuran tiga kali lipat lebih luas dari kota London.
Dengan luas tersebut, zona panas tersebut diprediksi tidak akan mungkin hilang dari Antartika dalam waktu dekat.