SINYALMAGZ.com – Tim astronom Internasional baru-baru ini telah berhasil menemukan sebuah planet yang mirip Bumi. Planet tersebut berada di sekitar Matahari, dan kemungkinan besar menjadi target utama dalam pencarian tanda-tanda kehidupan.
Seperti dilansir dari Science Alert, Sabtu (17/11/2018), planet yang mengorbit pada bintang Barnard itu hanya berjarak enam tahun cahaya dari Bumi. Dengan massa planet 3 kali lebih besar dari Bumi, planet baru tersebut masuk dalam kategori “Bumi Super”.
Laporan tentang planet Super Bumi ini juga telah diterbitkan di jurnal Nature, pada hari Kamis (15/11/2018) oleh Guillem Anglada Escudé dan rekannya.
Kepada BBC News, Escudé, yang merupakan astronom dari Queen Mary University, London, berkata bahwa planet baru tersebut mungkin merupakan planet paling berbatu dengan atmosfer yang sangat besar.
Planet itu juga mungkin kaya akan volatil seperti air, hidrogen, dan karbon dioksida yang beku di permukaan.
BBC melaporkan, planet baru yang mirip Bumi ini mengorbit di luar batas yang disebut “garis salju”, yang melewati zona layak huni, di mana air dapat tetap berbentuk cair di permukaan.
Pada jarak tertentu, diperkirakan suhu bisa mencapai sekitar -150 derajat Celsius di permukaan planet. Namun, atmosfer yang sangat besar berpotensi menghangatkan planet baru ini, membuat kondisi lebih ramah terhadap kehidupan.
Para ahli sendiri dilaporkan menggunakan metode kecepatan radial untuk mendeteksi planet yang mirip Bumi ini. Teknik ini dapat mendeteksi nutasi dalam gerakan bintang yang disebabkan tarikan gravitasi planet yang mengorbit. Nutasi itu juga mempengaruhi cahaya yang datang dari bintang.
Saat bergerak menuju Bumi, cahayanya tampak bergeser ke arah bagian biru spektrum. Dan saat bergerak menjauh, tampak bergeser ke arah merah.
“Planet ini sangat rumit, karena periode orbital (waktu untuk menyelesaikan satu orbit penuh) adalah 233 hari. Dalam satu tahun, Anda hanya melihat satu bagian dari siklus, dan Anda harus mengamatinya selama brtahun-tahun untuk memastikan peristiwa itu berulang.”, kata Escudé.
Escudé dan timnya harus memeriksa ulang data yang diarsipkan dan diperoleh dari dua survei astronomi selama periode 20 tahun.
Selain itu, mereka juga menambahkan pengamatan baru dengan spektrometer Carmenes di Almeria, Spanyol, instrumen Eso/Harps di Chili, dan instrumen Harps-N di kepulauan Canary.
Ini adalah pertama kalinya teknik kecepatan radial telah digunakan untuk mendeteksi planet kecil ini begitu jauh dari bintang induknya.
“Kami tidak bisa mendapatkan kesimpulan ini hanya dari satu eksperimen, jadi kami harus menggabungkan beberapa data dengan sangat hati-hati.”, kata seorang astronom dari Queen Mary University of London.