24 Tahun Telkomsel Melayani Negeri

Dukungan BJ Habibie

Dari sejarahnya, Telkomsel tidak pernah lepas dari keberanian pemrakarsanya melawan main stream yang acapkali terpaksa melakukan hal-hal yang mustahil. Target mengudara 1 Januari 1994 adalah mustahil dilakukan karena tenggat hanya dua bulan sementara barang teknologi seperti BTS dari Siemens tertahan di Bea Cukai Batam.

Dan, pembangunan menara BTS di pulau Bintan nyaris batal karena ombak laut yang tinggi. Tetapi, proyek GSM itu akhirnya berhasil mengudara seperti direncanakan dan GSM saat itu resmi menggantikan teknologi AMPS yang sudah usang.

Itu yang diucapkan BJ Habibie di Bukit Dangas, Batam, yang membuat petinggi operator AMPS sesak napas. Dukungan Habibie yang punya pemikiran jauh tidak bisa dilepaskan dari proses lahirnya Telkomsel, yang kemudian ditanggapi para pengusaha sebagai sesuatu bisnis yang memiliki prospek bagus.

Belum berbentuk badan usaha, Telkomsel sudah menjadi rebutan lewat segala cara dan diwarnai jalur lobi-lobi tingkat atas. Indosat yang saat itu akan go public pun mengambil kesempatan, karena nilainya IPO-nya bisa rendah akibat Indosat sebagai gerbang internasional tidak punya basis pelanggan. Sebagai perusahaan telko terbesar mereka minta separuh saham, yang akhirnya disepakati 51:49 untuk Telkom dan Indosat.

Bencana belum selesai, ada pengusaha besar meminta saham mayoritas Telkomsel. Pemerintah bijaksana selain rentang spektrum masih tersedia, jadilah operator ketiga, PT Excelcomindo Pratama, yang setelah pindah-pindah tangan terakhir menjadi PT XL Axiata, anak perusahaan Kelompok Axiata Malaysia, dan kini jadi milik Telenor.

Proyek GSM PT Telkom memang sudah mengudara sejak 1 Januari 1994, namun baru berbentuk perseroan terbatas sejak 26 Mei 1995 yang dimiliki bersama leh PT Telkom dan PT Indosat. Belakangan Indosat keluar, masuklah KPN (Koninklijke PTT Nederland) dari Belanda dan pengusaha Setyawan Djodi lewat Setdco, dengan memiliki 22,5 persen saham.

Ketika Belanda lebih fokus mengembangkan bisnisnya di Eropa, dijuallah saham di Telkomsel, demikian pula Setyawan Djodi. Singapore Telecom (SingTel) mengambil alih keduanya, namun sahamnya malah menjadi 35 persen.

 

We will be happy to hear your thoughts

Leave a reply

Sinyal Magazine