DI usia tiga windu, 24 tahun pada 26 Mei 2019, Telkomsel bukanlah operator telekomunikasi tertua karena ada yang lebih tua, Indosat, sejak mereka masih bernama ITT dan Indosat kemudian mengambil alih PT Satelindo, yang sudah berdiri pada tahun 1994. Paling tua di industri adalah induk Telkomsel, PT Telkom yang sudah melayani Indonesia sejak lebih dari 150 tahun lalu.
Namun Telkomsel adalah pemimpin dalam industri ini, bahkan lebih dari 60 persen pendapatan PT Telkom disumbang Telkomsel. Sementara Indosat kini sedang dalam masa susah, terpuruk ke tempat terbawah, walau sejak awal 2019 sudah mulai mencoba bangkit.
Kenapa Indosat dibawa-bawa dalam sejarah Telkomsel. Karena waktu Satelindo lahir dengan mayoritas saham milik keluarga Cendana, Telkomsel yang resmi lahir tahun 1995 tidak boleh masuk Jakarta. Konon pemerintah memberi kesempatan Satelindo tumbuh dan berkembang dulu, dan Telkomsel yang secara fisik lahir di Batam, hanya boleh menyisir kawasan sekitarnya, Riau.
Justru karena terbiasa digencet sejak masih jabang bayi, Telkomsel tegar, melewati semua dengan selamat dan menjadi penguasa pangsa pasar dengan 168 juta pelanggan, terbesar di Asia Tenggara. Generasi saat ini hanya melihat Telkomsel berkibar sebagai paling Indonesia dengan jumlah BTS (base transceiver station) terbanyak, hampir 200.000.
Tidak mudah menancapkan BTS dari kawasan kota besar sampai pulau terpencil, pedesaan yang jauh dari mana-mana, bahkan di tengah lautan yang BTS-nya digendong kapal-kapal PT Pelni. Pendahulu Telkomsel bukan pula orang sembarangan, berani melawan arus, bahkan berani melawan “tuan londo” yang marah-marah karena gelontoran dana 200 juta dollar AS dihabiskan untuk memperluas jaringan dengan membangun BTS.
Belakangan baru diakui, jika Telkomsel mengikuti pakem industri saat itu dalam menghadapi masa krisis tahun 1998, Telkomsel tidak akan sebesar ini. Krisis saat itu membuat semua tiarap karena ekonomi terpuruk.
Tetapi petinggi Telkomsel justru melebarkan sayap karena sadar di saat apa pun, fasilitas telekomunikasilah yang mampu menggerakkan dan menumbuhkan kembali perekonomian dengan cepat. Hasilnya, Telkomsel hadir di semua (27) ibukota provinsi pada akhir Desember 1996.