Dukungan tim lain
Hasilnya, lebih dari 84 persen pelanggan XL Axiata sudah menggunakan ponsel pintar yang berimbas pada pendongkrakan pendapatannya, 86 persen lebih berasal dari layanan data. Ini membuat XL Axiata berada dalam posisi kuat dalam menghadapi penurunan pendapatan dari suara dan pesan singkat (SMS).
Selama periode tadi jumlah pelanggan XL Axiata naik satu persen dari 54,5 juta menjadi 55,1 juta. Peningkatan jumlah pelanggan ini tidak dialami operator seluler papan atas lainnya, bahkan ada yang turun dari 58 juta menjadi hanya 53,3 juta, membuat peringkat XL Axiata naik menjadi kedua setelah PT Telkomsel.
Kenaikan tersebut mendongkrak kenaikan ARPU (average revenue per user – rata-rata pendapatan dari tiap pelanggan) sebesar dua digit, atau 10 persen dari Rp 30.000 menjadi Rp 33.000 yang membuat pendapatannya naik 9 persen dari Rp 5,5 triliun menjadi Rp 5,6 triliun. Suatu kenaikan yang nyata, karena ada operator yang ARPU-nya naik 30 persen atau 113 persen, namun itu lebih merupakan akibat jumlah pelanggan yang turun.
Pembangunan jaringan yang luas belum berarti apa-apa jika tidak didukung standar etika kerja yang menolak semua perilaku yang tidak etis, dan karyawan yang bersemangat dalam bekerja sama memastikan pencapaian target. Jumlah karyawan yang relatif sedikit, 1.685 orang, juga punya andil dalam membuat perusahaan makin efisien.
Bertransformasi bagi pimpinan puncak XL Axiata juga berarti mengikuti pemahaman milenial bahwa kita tidak bisa bekerja sendiri, dulu beda, CEO adalah orang paling berkuasa dan pusat perusahaan. Dirut dan CEO PT XL Axiata Dian Siswarini yakin, mengerjakan sesuatu harus dengan bekerja sama, seperti dalam film The Avengers, ketika para super hero membentuk tim untuk bekerja sama.
Sikap ini mempertemukan lapisan-lapisan pekerja yang selama ini terkotak-kotak sesuai jabatan dan tugasnya, karena pada intinya semua leaders harus bisa menjadi team player. Dian tidak segan menunjukkan bahwa sebagai CEO ia bukan orang yang tahu semuanya.
“Saya bukan orang yang paling pintar, dan saya perlu dukungan anggota tim yang lain,” ujar Dian Siswarini, yang menjadi CEO PT XL Axiata sejak April 2015, mengungkapkan rahasia keberhasilannya membawa perusahaan bertransformasi.
Selain itu, atmosfer keterbukaan juga sudah terjadi di XL Axiata, siapa pun bisa jumpa dan berbicara dengan CEO tanpa harus bikin janji atau mengikuti prosedur. Hasilnya, setiap karyawan tidak segan mengeluarkan pendapat dan pihaknya mengapresiasi sudut pandang yang berbeda karena dapat memperkaya saat dirinya mengambil keputusan.
Ajakan bekerja sama membuat karyawan merasa terlibat dalam pengambilan keputusan perusahaan. Walau secara hierarki putusan terakhir ada di tangan Dian. – ADVERTORIAL