WWW.SINYALMAGZ.COM – XL Axiata mendorong penerapan kesetaraan gender termasuk di kalangan industri swasta nasional, yang terus ditingkatkan seiring dengan di forum internasional G20 Empowerment and Progression of Women’s Economic Representation (Empower). Di rapat pleno pertama Peningkatan G20 Empower, Direktur & Chief Information Digital Officer XL Axiata, Yessie D. Yosetya ditunjuk sebagai focal point yang mewakili sektor swasta.
Ia bersama Asisten Deputi Partisipasi Lembaga Profesi dan Dunia Usaha, Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak RI, Eko Novi Ariyanti. Juga Rina Zoet dari IWAPI.
XL Axiata menurut Yessie akan terus menginisiasi inovasi-inovasi program yang dapat mendorong diterapkannya nilai dan prinsip kesetaraan gender. Termasuk dalam meningkatkan proporsi pada posisi posisi-posisi strategis di internal perusahaan.
Mereka diharapkan dapat menjadi role model perusahaan yang mampu menerapkan nilai dan prinsip kesetaraan gender bagi perusahaan lainnya. “Kami akan mengajak perusahaan-perusahaan lain memberi perempuan peluang menjadi pemimpinnya,” tuturnya.
Dikatakan, forum G20 Empower menyatukan para pemimpin sektor swasta dan mitra pemerintah bersama mengadvokasi dan memberlakukan kemajuan perempuan ke posisi kepemimpinan di sektor bisnis di seluruh dunia. Pada 23 Februari lalu ada pertemuan daring pertama G20 Empower yang diikuti perwakilan dari 20 negara.
baca juga: XL Axiata Donasi Plasma Untuk Penderita Covid-19
Agendanya mengukur peningkatan G20 Empower forum tersebut. Semua negara anggota dibagi menjadi 6 kelompok kerja untuk menyusun hasil dari G20 Empower yaitu Komitmen dan Rekomendasi.
Yessie menjadi pembicara untuk Kelompok Kerja 5 – Rekomendasi, bersama Republik Korea, Rwanda, UEA, AS, India, Meksiko, Singapura dan Inggris Raya. Tanggung jawab setiap kelompok kerja, mendiskusikan dan mengusulkan komponen utama yang harus dimasukkan masing-masing dalam komitmen atau rekomendasi yang terkait dengan topik pleno pertama, mengukur untuk peningkatkan.
Naik terus
Fokus G20 Empower tahun 2021 pada tiga bidang paling relevan yang memerlukan perhatian. Pertama, KPI dan pengukuran bagi kalangan swasta dalam menetapkan tujuan dan tanggung jawab di seluruh organisasi mereka untuk kemajuan perempuan dalam peran kepemimpinan.
Kedua, praktik perekrutan dan promosi yang bisa mengatasi hambatan sistemik bagi kemajuan perempuan. Ketiga, pembelajaran, pelatihan, dan pengembangan untuk mengatasi kesenjangan dan mendorong kompetensi yang dibutuhkan perempuan untuk bisa maju.
G20 Empower merupakan aliansi yang menyatukan para pemimpin sektor swasta dan mitra pemerintah untuk bersama-sama mengadvokasi dan memberlakukan kemajuan perempuan ke posisi kepemimpinan di sektor swasta. Di bawah kepemimpinan Italia, G20 Empower saat ini mendorong kemajuan pemberdayaan ekonomi dan representasi perempuan di tingkat senior bisnis di seluruh dunia.
Untuk itu, dilakukan aliansi dengan Organisasi untuk Kerjasama dan Pembangunan Ekonomi (OECD) serta Organisasi Buruh Internasional (ILO). G20 Empower juga bekerja sama dengan Organisasi Perburuhan Internasional (ILO) yang menguraikan keadaan pemberdayaan ekonomi perempuan dan representasi di tingkat bisnis senior.
Laporan ini menyoroti banyaknya pekerjaan yang harus dilakukan secara global. Pertama, porsi rata-rata perempuan di posisi manajerial telah berfluktuasi sekitar 31 persen sejak 2010, meningkat 3,3 persen dalam sepuluh tahun ke nilai tertinggi 32,4 persen pada 2019.
Kedua, persentase rata-rata wanita di negara G20 dalam dewan perusahaan mencapai 18 persen pada 2019, naik dari 15 persen pada 2016. Ketiga, pada 2019, rata-rata kesenjangan ketenagakerjaan gender untuk usia 15+ di negara-negara G20 mencapai 26 poin persentase.
Sedangkan di Indonesia, menurut data Badan Pusat Statistik 2019, pada tahun 2014 hingga tahun 2018, persentase perempuan sebagai tenaga manager, profesional, administrasi, teknisi menunjukkan adanya peningkatan. Pada tahun 2014 naik sebesar 45,61 persen dan pada tahun 2018 kembali naik menjadi sebesar 47,02 persen, sebelumnya pada tahun 2017 mengalami penurunan dibandingkan tahun 2016. (*)