Kinerja Xiaomi
Produk Xiaomi banyak menyerupai perangkat iPhone, tetapi menjalankan sistem operasi Android, sehingga perusahaan tersebut dijuluki Apple of Cina pada 2014.
Namun perusahaan tersebut tak bisa bertahan di posisi terdepan melawan persaingan dengan Huawei yang mengambil alih posisi teratas tahun 2015. Posisi tersebut dapat diraih berkat perannya membuat Google Nexus 6P.
Pada suatu catatan di awal 2017 kepada para pegawainya, Lei Jun, pendiri Xiaomi mengakui bahwa perusahaan tumbuh terlalu cepat.
Perusahaan tersebut memiliki market share 14{6d4da31955223774f92dce3d293cb7e669764550633ee25cdb7e9d5f0678e9b3} di tanah kelahirannya, sehingga masih lebih besar dari Apple. Tetapi jauh di bawah Huawei yang memiliki market share 19{6d4da31955223774f92dce3d293cb7e669764550633ee25cdb7e9d5f0678e9b3}.
Pada catatannya, Lei Jun mengatakan bahwa perusahaan menargetkan pendapatan CNY 100 miliar atau sekitar Rp 207 triliun.
Target tersebut dapat dicapai oleh perusahaan dalam 10 bulan. Terlepas dari perlambatan kinerja di Cina, Xiaomi telah berjuang di India dan meraih peringkat tiga besar produsen smartphone.
Perusahaan tersebut juga sedang mempertimbangkan untuk memasuki pasar Amerika Serikat.