sinyal.co.id
SHINTA panik luar biasa ketika tidak mendapatkan satu pun moda angkutan umum yang tersedia saat ia harus balik ke Yogyakarta karena masa libur semesternya habis. Dari mulai kereta api berbagai kelas, bus antarkota, bahkan pesawat dari perusahaan penerbangan yang selalu ia hindari karena reputasi keterlambatannya, tidak menyisakan satu pun kursi.
Tiba-tiba di otaknya terlintas kenapa tidak mencoba minta diantar Gojek, atau GrabBike, atau GrabTaxi sebagai pilihan transportasi online. Gawainya pun lalu dimainkan dan ia masuk ke aplikasi Gojek. Tidak sampai 15 detik, ia sudah berhasil mendapat respons, tetapi informasi yang keluar membuat Shinta terhenyak.
Jarak yang ditempuh dari rumahnya di Bekasi hingga Kampus UGM di Yogyakarta sekitar 580 kilometer, dengan perkiraan tempuh Gojek 10 jam satu menit via Semarang atau 12 jam 25 menit lewat Bandung dan Kebumen. Berapa biayanya? Rp 1.160.000, satu juta seratus enam puluh ribu rupiah, Bro!
Fantastis, padahal biaya pesawat Jakarta – Yogyakarta yang waktu terbangnya kurang dari sejam plus ojek ke dan dari bandara tiga jam, sekitaran Rp 500.000. Dengan tarif Gojek tadi, Shinta bisa bolak-balik sekali antara dua kota itu, tidak hanya satu kali jalan dengan ojek, tanpa pegal-pegal di pinggang dan duduk manis berselonjor kaki di pesawat.
Shinta penasaran, ia pun memesan Gojek dan Gojek pun mencarikan pengemudi ojek berjaket dan helm biru yang bersedia. Lebih dari setengah jam, tak satu pun pengemudi Gojek yang mengklik, padahal kalau ia ke Jakarta, bahkan ke Bandara Halim atau Cengkareng, tidak sampai semenit Gojek sudah menemukan pengemudi yang siap menjemput dan mengantarnya.
Tidak ada kabar moda transportasi apa yang kemudian ia gunakan, walau kemungkinan besar ia akan naik bus antarkota yang tidak dapat diperkirakan soal kelas dan kenyamanannya, apalagi soal ketersediaan kursinya. Shinta sudah mengutak-atik gawainya untuk mengakses aplikasi bus antarkota, namun tidak juga ia dapatkan.
Modernisasi alat komunikasi yang kini sudah mencapai tahapan digitalisasi layanan operator seluler membuat segala macam bisa dinikmati pelanggan. Bermodalkan gawai generasi ketiga (3G) atau lebih bagus lagi gawai 4G LTE, apa pun yang kita maui nyaris bisa kita dapatkan dengan mudah.
Malas keluar rumah padahal ingin makan semangkuk soto Pak Min dari Meruya, bisa panggil Gojek atau Grabbike, dengan jaminan dibelikan dulu oleh pengojeknya, diantar baru kemudian dibayar setelah soto yang masih sangat panas itu diterima. Masalahnya, biaya Gojek atau Grabbike bisa-bisa lebih mahal dari harga semangkuk soto Pak Min yang hanya Rp 14.000 karena biaya ojek digital ini Rp 15.000 plus tip Rp 5.000.
Menebus resep ke apotik juga bisa, kirimkan saja kopi resepnya lewat gawai ke apotik lalu panggil ojek berdigital, semua beres dalam dua tiga kejap, tidak hanya sekejap, tetapi lebih cepat dan sederhana dibanding pasien datang sendiri ke apotik. Bayar obat ke apotik bisa transfer lewat mobile banking atau aplikasi Dompetku Nusantara yang pekan lalu diresmikan PT Indosat di pelabuhan nelayan tradisional Bitung, Sulawesi Utara.