sinyal.co.id
MENCUATNYA keluhan masyarakat pelanggan XL Axiata yang tidak dapat mengakses mataharimall.com mendapat tanggapan Menkominfo Rudiantara, yang berjanji akan melihat masalahnya. Namun kemungkinan adanya pengeblokan akses ke e-commerce milik kelompok Matahari itu mampu memberi gambaran bagaimana mulai sengitnya persaingan di antara bisnis rintisan (startup) belanja on line yang sedang moncer.
PT XL Axiata diketahui punya kepentingan dengan usaha belanja on line mereka, Elevenia yang masih tertatih-tatih. Sementara layanan sejenis di Indonesia sudah mulai berkembang dan lebih mengarah ke belanja barang spesifik, misalnya khusus properti (OLX), fesyen (Berrybenka) tiket penerbangan dan hotel (Traveloka, Tiket.com), dan sebagainya.
Industri e-commerce di Indonesia menjadi bisnis yang digadang-gadang pemerintah menjadi salah satu tulang punggung ekonomi Indonesia. Tahun lalu industri ini melaju dengan nilai sebesar 18 miliar dollar AS, tahun 2016 ini perkirakan akan menjadi 25 miliar dollar AS dan diharapkan dengan berbagai kemudahan yang diberikan, industri ini akan bernilai 130 miliar dollar AS pada tahun 2020.
Pemerintah ingin mengembangkan startup dan UMKM (usaha mikro, kecil dan menengah) di Indonesia yang jumlahnya sekitar 55 juta yang merepresentasikan 56 persen GDP (gross domestic product) untuk masuk ke bisnis e-commerce. UMKM di Amerika Serikat, misalnya, sudah mencapai penghasilan 60 persen dari GDP yang ditunjang antara lain dengan makin meluasnya layanan digital pita lebar.
Di Indonesia, 95 persen dari 200 ribuan UMKM belum tersambung dan memanfaatkan jasa digital pita lebar. Padahal saat ini dari 255 juta penduduk Indonesia, pengguna internet sudah 75 juta dan pengguna media sosial mencapai 74 juta lewat ponsel pintar mereka.
Membuka jalan selebar-lebarnya, pemerintah mengeluarkan perubahan kebijakan DNI (daftar negatif investasi) untuk sektor e-commerce. Kepesertaan investor asing dibatasi sampai 49 persen untuk usaha yang bermodal di bawah Rp100 miliar tetapi terbuka bagi asing sepenuhnya, 100 persen jika mereka menanamkan modal di atas Rp100 miliar.