WWW.SINYALMAGZ.COM – Dari lima operator seluler, Telkomsel, Indosat Ooredoo Hutchison (IOH), XL Axiata dan Smartfren, hanya Telkomsel dan XL Axiata yang meminati lelang frekuensi di spektrum 2,1 GHz yang akan dilaksanakan pekan-pekan ini. Pemerintah akan melelang spektrum yang semula milik Indosat sebelum merger dengan Tri, yang lebar pitanya 2X 5 MHz di teknologi FDD (frequency division duplexing) pada rentang 1975 – 1980 MHz berpasangan dengan 2165 MHz – 2170 MHz.
Smartfren yang semula menyatakan berminat dengan perkiraan harganya tidak lebih dari lelang yang pernah terjadi sebelumnya, sebesar kurang dari Rp 500 miliar, kini menyatakan tidak akan ikut lelang. Presiden Direktur Smartfren, Merza Fahys memastikan hal itu.
Alasannya, spektrum yang dilelang hanya 2X5 MHz, sangat sedikit dan terlalu mahal untuk diperjuangkan bagi operator yang hanya memiliki spektrum di teknologi TDD (time divisioin duplexing) itu. “Teknologinya beda dengan yang kami pakai, sehingga biaya pembangunan perangkat teknologinya tidak sebanding dengan lebar pita yang didapat,” ujar Merza.
Teknologi FDD adalah penggunaan spektrum frekuensi yang berbeda untuk unduh (download) dan unggah (upload). Sementara TDD frekuensi digunakan bersamaan untuk unduh dan unggah secara bergantian.
Merza Fahys lebih berharap pada frekuensi 700 MHz bekas pakai televisi siaran analog (ASO – analog switch off) yang dipindahkan ke siaran televisi digital, yang akan dilelang juga dalam waktu dekat. Dari lebar frekuensi 115 MHz di spekrrum 700 MHz, yang akan dilelang hanya 2X45 MHz atau 90 MHz, sisanya digunakan pemerintah untuk kepentingan lain.
Berharap di 700 MHz
Cara lelangnya pun belum ada kepastian, apakah dilelang seluruhnya dalam satu blok (90 MHz) atau dalam dua blok, tiga atau empat blok. Paling bagus dilelang dalam satu blok, kata Merza, sebab bisa digunakan dengan baik untuk layanan 5G, digabung dengan lebar frekuensi yang sudah dimiliki operator.
Dua blok masih bermanfaat, karena untuk layanan 5G dibutuhkan 100 MHz untuk setiap operator. Namun kalau dilelang dalam 4 blok, sulit bagi operator menggunakannya untuk komersialisasi 5G, karena terlalu sedikit terutama untuk Smartfren yang hanya memiliki spektrum di TDD.
Kata Merza, operator juga menunggu lelang spektrum yang umum digunakan operator dunia mengoperasikan 5G. Di antaranya di rentang 3,3 GHz, 26.000 MHz (26 GHz), 35 GHz dan lebih tinggi lagi. Di milimeter band itu rata-rata tersedia lebar pita sekitar 1.000 MHz.
Teknologi 5G membutuhkan spektrum milimeter band pada BTS (base transceiver station) yang secara alamiah jangkauannya sempit, hanya sekitar radius 200-an meter, sementara spektrum rendah semisal 2,1 GHz, 1800 MHz, 900 MHz dan 700 MHz jangkauannya sekitaran 2 kilometer. Kerapatan BTS dibutuhkan 5G karena layanan yang perlu akurasi tinggi, sehingga perpindahannya (handover) bisa terjadi dengan baik, selain dukungan dari jaringan serat optik.
Layanan 5G diperlukan untuk industri yang berada dalam lingkungan terbatas, misalnya pabrik, juga untuk transportasi seperti bus atau kendaraan umum tanpa pengemudi (autonomous vehicle), operasional drone untuk pertanian, untuk IoT (internet of things) dan sebagainya, yang mengurangi campur tangan manusia. (*)