WWW.SINYALMAGZ.COM – Smartfren berhasil mendapatkan tambahan alokasi spektrum di frekuensi 2,3 GHz, yang diperoleh dari pengalihan alokasi frekuensi pasca selesainya proses penataan ulang (refarming) pada Maret lalu. Penataan frekuensi dilakukan agar blok spektrum yang ditempati operator menjadi berdampingan yang berdampak pada peningkatan kualitas serta kapasitas jaringannya.
Usai penataan frekuensi, Smartfren mendapatkan alokasi pengalihan frekuensi sebesar 10 MHz, yang bermanfaat mendukung peningkatan kualitas. Tambahan alokasi frekuensi berlaku di Sumatera, Kepulauan Riau, Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, Bali, Lombok, Nusa Tenggara, Maluku dan Papua.
Dengan penataan ulang frekuensi dan alokasi spektrum tambahan membuat Smartfren semakin optimal melayani masyarakat. “Masyarakat juga bisa menikmati kualitas yang lebih baik dari mana pun mereka berada,” kata Presiden Direktur Smartfren, Merza Fachys.
Dengan alokasi pengalihan spektrum frekuensi ini, katanya, Smartfren melakukan sejumlah inisiatif untuk meningkatkan kualitas layanannya. Antara lain dengan memacu proses fiberisasi atau pemasangan serat optik untuk menyambut era 5G.
Fiberisasi merupakan teknologi yang harus diimplementasikan bagi peningkatan kapasitas layanan, terutama di wilayah-wilayah yang trafik datanya tinggi. Kemudian cakupan layanannya pun diperluas, antara lain dengan menambah 4.000 BTS di seluruh wilayah operasionalnya, sehingga jumlahnya menjadi 43.000 unit di 285 kota.
Saat ini Smartfren melayani 36 juta pelanggan lebih, dan tahun 2022 mereka mencatat kenaikan pendapatan sebesar 7,17% dari Rp 10,45 triliun pada 2021 menjadi Rp 11,2 triliun. Laba perusahaan pun naik pada periode sama, dari rugi Rp 435,3 miliar menjadi laba Rp 1,06 triliun.
Sementara operattor papan atas lain, misalnya XL Axiata yang jumlah pelanggan 57,5 jutra, labanya turun 13,85% dari Rp 1,2 triliun menjadi Rp 1,1 triliun pada 2022. Indosat Ooredoo Hutchison, pada saat sama meraih laba Rp 4,72 triliun dengan pelanggan 102 juta, sementara Telkomsel dengan pelanggan 159 juta, labanya sebesar Rp 18,37 triliun, turun dari Rp 25,15 triliun pada 2021. (hw)