Tidak ada yang langgeng, kecuali dia dominan. Persaingan industri seluler baik di liga operator maupun perangkat (vendor) bisa menjungkalkan yang tak awas dan tak konsisten. Kesimpulan ini merupakan hasil dari riset tabloid SINYAL yang digelar pada ajang Indonesia Cellular Show (ICS) 2015, 10-14 Juli silam. Sebanyak 200 pengunjung ICS yang dipilih secara acak mengisi empat pertanyaan multiple choice.
Survey ini ingin memotret bagaimana brand preference konsumen seluler Indonesia. Polling SINYAL untuk industri seluler Indonesia pada tahun ini akan digelar secara periodik setiap akhir kuartal. Pada akhir kuartal 1 yang tertepatan dengan ajang Megabazaar Computer di JCC, Jakarta proses polling tahap awal dilakukan.
Gabungan data yang diperoleh dari pendataan kuartal 1 (Maret 2015) dan kuartal 2 (Juni 2015) kemudian menjadi rapor setiap pelaku industri. Selanjutnya juga memotret naik-turunnya ranking masing-masing pada setiap kategori.
Bentuk sajiannya berupa persentase dan share.
Kategori Operator
Pada kuartal 1 (K1), antara Telkomsel dengan Indosat yang masing-masing di posisi 1 dan 2 hanya terpaut selisih 6 poin. Di kuartal 2 (K2) Indosat menambah poin sedangkan Telkomsel kehilangan 4 poin. Hal ini bikin selisih antara keduanya semakin tipis.
Preferensi terhadap Smartfren yang turun drastis. Operator CDMA satu ini kehilangan 6 angka, sekaligus menurunkan ke posisi buncit. Sebaliknya XL yang tadinya di urutan paling bawah bisa mengungguli Smartfren dan Tri dan puas di peringkat 3. Walaupun angkanya masih kalah jauh dengan Indosat.
Sepanjang K1 ke K2, Smartfren tak terlalu banyak menawarkan kejutan. Umumnya masih berkutat pada paket bundling. Baru belakangan ini mengusung Andromax berkapabilitas 4G sebagai pasukan anyar. Tetapi perlu bukti akan kesuksesan kampanyenya ke masyarakat.
Indosat dan XL saling memanfaatkan challenge. Masing-masing dengan paket terjangkau dan concern pada data plan. Hal yang tidak terlalu dilakukan oleh Telkomsel.