Buah simalakama
Ada angin segar yang dihembuskan direktur utama PT Indosat Ooredoo yang baru diangkat akhir tahun 2018, Chris Kanter yang menggantikan Joy Wahyudi yang mengundurkan diri. Chris Kanter yang delapan tahun menjadi komisaris di Indosat tahu persis masalah utama PT Indosat.
Katanya ia berhasil meyakinkan Qatar bahwa Indosat perlu suntikan modal segera, yang sebesar dua miliar dollar AS. Qatar, yang uangnya tidak terbatas, ujar Chris setuju. Uang sejumlah itu akan dikucurkan dalam dua tahun.
Chris pun sudah berjumpa Presiden Jokowi, namun belum pernah ada bocoran apa saja yang mereka bicarakan. Apakah kemungkinan Indosat dibeli kembali (buy back), seperti yang dihembuskan golongan oposisi sesuai janji Jokowi dalam kampanye tahun 2014, atau soal masuknya uang yang hampir Rp 30 triliun itu.
Jokowi sejak waktu kampanye sadar, akan terlalu banyak mengorbankan uang rakyat kalau pemerintah – yang memiliki sekitar 14 persen saham Indosat – membeli kembali saham Qatar. Jadi opsi buy back kelihatannya belum akan terjadi.
Opini pun berkembang di luaran, bagaimana cara Qatar memasukkan uang Rp 30 triliun itu ke Indosat. Bukankah kalau Qatar memasukkan uang sebagai penyertaan modal ke Indosat akan membuat saham Qatar bertambah dan otomatis saham pemerintah pun berkurang (terdilusi)? Atau berupa pinjaman supaya lebih aman?
Boro-boro bisa buy back, dengan kemungkinan saham pemerintah di Indosat turun akibat dropping Qatar itu saja, DPR dan masyarakat bisa marah besar. Akhirnya seperti makan buah simalakama.
Tidak ada kucuran dana Indosat bisa kolaps, dana Qatar masuk, Jokowi bisa-bisa gagal menapaki periode kedua. ***