SINYALMAGZ.com – Mungkin kamu pernah bertanya-tanya, mengapa seluruh planet di tata surya berbentuk bulat? Bahkan tak hanya planet saja, tetapi Matahari dan Bulan pun berbentuk bulat. Lantas, tahukah kamu mengapa semuanya berbentuk bulat?
Dilansir dari laman Brilio via Universe Today, Minggu (9/9/2018), diketahui tata surya dibentuk dari nebula atau sebuah konsentrasi area yang berisikan gas dan debu kosmik. Elemen tersebut juga kerap dijuluki dengan istilah ISM atau Instellar Medium.
Gas dan debu kosmik tersebut kemudian tersebar dimana-mana, lalu akan berkumpul menjadi satu pada sebuah gravitasi yang cocok dengannya. Gas dan debu kosmik itu pun akan tertarik pada medan gravitas.
Jadi, sebuah planet yang memiliki kandungan cairan akan tertarik ke pusat gravitasinya sebagai akibat gaya tarik gravitasi.
Planet terbentuk dari kumpulan gas panas yang kemudian menyusut. Tarikan gravitasi antar unsur-unsur pembentuk benda angkasa itu membuatnya berbentuk bulat, karena bentuk bulat adalah bentuk dimana semua unsur bisa sedekat mungkin dengan pusat gravitasi.
Proses tarikan inilah yang memaksa sebuah planet untuk berbentuk bulat dengan menarik semua massa mendekat dengan pusat gravitasi. Proses ini disebut dengan isostatic adjustment atau penyesuaian isostatik.
Sementara itu, besar kecilnya planet tersebut tergantung dengan seberapa besar gaya gravitasi yang menariknya. Jupiter memiliki gaya gravitasi paling besar, sehingga ukuran planetnya pun menjadi yang paling besar.
Benda-benda yang lebih kecil, seperti beberapa asteroid dan meteoroid, tidak memiliki bentuk bulat karena gravitasi internal mereka tidak cukup besar. Sehingga bentuknya pun tidak beraturan.
Sementara Matahari, meski kita tahu ukurannya sangat besar, namun berdasarkan studi yang dilakukan sejumlah ilmuwan baru-baru ini, ukuran matahari ternyata lebih besar dari yang kita perkirakan sebelumnya.
Adalah Xavier Jubier dan Ernie Wright, astronom NASA yang meneliti ukuran Matahari dengan sekumpulan data di Solar Dynamics Observatory (SD).
Mereka menyadari hal tersebut saat mengamati gerhana Matahari yang berlangsung di Amerika Serikat (AS).
Meski demikian, Jubier dan Wright tidak dapat mengestimasikan secara detail berapa ukuran Matahari yang sebenarnya. Mereka hanya merujuk pada ukuran terakhir yang ditetapkan International Astronomical Union, yang pada saat itu memperkirakan matahari memiliki radius 432.280 mil (695.700 kilometer).