Wibawa pemerintah
Prospek cerah di industri device berupa ponsel, tablet dan sebagainya membuat pemerinah berpikir untuk melakukan penghematan dengan mewajibkan pabrikan ponsel membangun pabrik di Indonesia dengan tingkat kandungan dalam negeri (TKDN) minimal 30 persen pada akhir 2017. Tanpa kebijakan ini Indonesia hanya akan menjadi pasar saja dengan defisit perdagangan di atas 5 miliar dollar AS.
Dalam kebijakan pemerintah yang disepakati tiga kementerian: Kominfo, Perdagangan dan Perindustrian, nilai TKDN perangkat keras seperti kesing, layar ponsel, antena dan batere tidak akan sampai 30 persen. TKDN diutamakan perangkat lunak seperti chips, aplikasi, dan teknologi-teknologi yang dikangkangi oleh vendor-vendor asing.
Kalau Indonesia hanya membesarkan TKDN dari perangkat keras, ke depan kita hanya akan menjadi bangsa dengan otak kosong dan dijadikan pasar yang sangat tergantung pada kemauan vendor serta defisit pembayaran valuta asing. Apakah kita mampu menciptakan perangkat lunak atau memproduksinya di dalam negeri?
Sangat bisa. Beberapa ahli Indonesia saat ini sudah menciptakan aplikasi, chips dan sebagainya di luar negeri yang tidak laku di dalam negeri akibat tiadanya pabrik ponsel. Indonesia menuntut vendor-vendor terkenal seperti Samsung, BlackBerry, LG, Apple membuat pusat penelitian dan pengembangan serta pabrik di Indonesia. Semula banyak yang menganggap hal ini mustahil dan mereka menyampaikan protes, namun pemerintah berkeras akan kebijakan tadi dengan sanksi merek-merek tadi tidak boleh diimpor.
Misalnya Samsung yang menguasai 40 persen pangsa pasar ponsel Indonesia memang komit akan membangun pabrik senilai 25 juta dollar AS. Tetapi kita ingin lebih, karena dari penjualan ponselnya di Indonesia tahun lalu mereka meraih pendapatan sedikitnya 1,2 miliar dollar AS dan jumlah 25 juta dollar terlalu kecil.
Tinggal kita lihat mana yang lebih kuat, komitmen dan wibawa pemerintah Indonesia atau lobi vendor-vendor ponsel termasuk Samsung, BlackBerry dan Apple yang tidak pernah mau surut. Di sisi lain sayang juga kalau rumor pergantian Menkominfo terwujud dan kementerian itu dipimpin orang yang tidak mengerti industri dan lebih komit ke isi saku. (Moch S. Hendrowijono)